Pengucapan syukur kita adalah kunci kemenangan kita atas kehidupan. Ucapan syukur adalah tonik penyembuh bagi jiwa kita. Semua kepahitan hidup, keluhan, dan setiap situasi yang sulit dapat dikalahkan dengan ucapan syukur kita. Semua agama mengajarkan hal ini, bahkan pemazmur (Jabur) mengisyaratkan agar kita memasuki gerbangNya dengan pengucapan syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian (mazmur 95:2; 100:4).
Pengucapan syukur adalah sikap hati yang mengakibatkan timbulnya iman kita kepadaNya. Kaum Israel tidak punya iman, mereka tidak bersyukur atas apapun yang ALLAH kerjakan bagi mereka saat Israel exodus dari Mesir. Akibatnya kaum Israel gagal masuk ke tanah perjanjianNya karena tidak percaya dan tidak bersyukur. Tidak adanya rasa syukur juga merupakan langkah pertama menuju kemurtadan (Roma 1:21). Bahkan malaikat Luciferpun jatuh dari kedudukannya karena tidak memiliki pengucapan syukur. Bukannya ia mengucapkan syukur kepada ALLAH atas semua yang telah IA lakukan baginya, malahan ia menuntut lebih banyak lagi dari ALLAH.
Memang benar bila ada yang berkata bahwa mustahil bagi kita untuk berhasil di surga dan di bumi tanpa memiliki hati yang bersyukur.
Apakah kita bisa mengucapkan syukur kepadaNya di dalam dan bagi setiap situasi kita? Kitab injil (1 Tesalonika 5:18, Efesus 5:20 dan Habakuk 3:17-19) mengajarkan bahwa kita menemukan kunci kemenangan tatkala kita mampu bersyukur kepada Tuhan di dalam dan bagi setiap situasi apakah itu baik maupun itu situasi seburuk apapun. Pengucapan syukur menghalau tiap nada-nada sumbang kehidupan, seperti pesimisme, kritik, atau berbagai keluhan-keluhan. Pengucapan syukur juga merupakan kunci untuk memperoleh kemenangan dan untuk terus maju di dalam pengenalan akan ALLAH (Kitab Taurat - Bilangan 14:8). Memiliki roh pengucapan syukur membuat kita menarik di hadapan ALLAH. Roh ini pula yang membuat seorang wanita menarik di mata pria, atau seorang anak menjadi menarik di mata orang tuanya. Roh pengucapan syukur dan sukacita menyukakan ALLAH dan memenangkan perkenananNya (Yesaya 64:5).
Semua agama dan kepercayaan mengajarkan bagaimana manusia bersikap. Sikap kita dalam melakukan kehendak ALLAH sangat dipandang olehNya. Hanya ada satu hal yang lebih penting daripada melakukan kehendakNya, yaitu suka melakukan kehendakNya (Mazmur 40:9, 37:4). Hal ini adalah kehidupan alamiah manusia. Seorang bapa bisa saja meminta anak-anaknya untuk melakukan suatu tugas; tetapi bila mereka mentaatinya dengan terpaksa atau dengan penolakan atau bersungut-sungut, sikap itu tidak akan mendatangkan kesukaan bagi sang bapa. Demikian pula, sikap kita dalam melaksanakan kehendak ALLAH, Dia sangat berkenan kepada manusia yang melakukannya dengan sukacita dan penuh ucapan syukur atas perintah-perintahNya.
Salam hormat dalam anugerah kasih, rahmat dan berkatNya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H