Sejumlah pengamat menyebut jika duet AH & AHY adalah alternatif capres dan cawapres yang sangat mungkin menyita perhatian masyarakat. Nama keduanya sudah menjadi jaminan. Masalahnya, tinggal bagaimana merumuskan opsi terbaik.
AH dan AHY sama-sama menjadi kandidat yang selalu menempati pilihan tertinggi dalam berbagai survei, bersaing dengan Prabowo Subianto, calon lain dari pimpinan parpol. Nama-nama lain seperti Anies Baswedan dan Ridwan Kamil, meski tinggi popularitas dan elektabilitasnya, bukan berasal dari parpol. Posisi mereka juga berbeda dengan Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.
Dengan demikian, dari segi positioning, AH dan AHY sama-sama lebih kuat karena punya partai, tidak seperti Anies dan Ridwan Kamil. Oleh karena itu, tokoh-tokoh dengan tingkat keterpilihan tinggi pun belum tentu mendapatkan tiket pencalonan dari partai.
Saat ini, popularitas dan elektabilitas AH dan AHY tidak terpaut jauh dengan kandidat lainnya, terutama yang bukan dari kalangan parpol. Hal itu tentunya membuat parpol mempertimbangkan untuk mengajukan calon mereka sendiri.
Masyarakat sudah semakin mengenal AH, dalam kapasitasya sebagai Menko Perekonomian dan sekaligus Ketua KPCPEN. Hanya, sebagai ketum PG, AH dinilai belum terlalu masif melakukan sosialisasi pencalonannya sebagai capres. Namun dalam hal ini AH punya alasan yang baik, bahwa ia memang belum mengutamakan sosialisasi, dan saat ini memilih untuk lebih konsentrasi menjalani tugas, pokok dan fungsinya (tupoksi) sebagai Menko Perekenomian dan Ketua KPCPEN.
Satu hal diyakini bahwa dari modal suara PG semestinya mampu membangun gerbong koalisi. PG tinggal menggandeng satu partai besar atau dua partai menengah untuk bisa mengusung calon sendiri.
Dengan rekam jejaknya di pemerintahan AH bagaimana pun sudah menjadi magnet bagi publik. Dengan demikian tinggal menunggu waktu bagi PG untuk melihat bagaimana popularitas dan elektabilitas AH terus terkerek. AH memiliki rekam jejak yang baik di pemerintahan, tinggal bagaimana membuat hal itu menjadi kekuatan signifikan yang membuat namanya terus terpateri di hati rakyat.
Dari sisi AHY, ketum PD ini memiliki magnet sebagai anak muda. Itu menjadi satu hal yang bisa menguntungkan mengingat sebagian besar pemilih pada Pemilu 2024 berusia di bawah 40 tahun. Namun, AHY juga memiliki pekerjaan rumah untuk meyakinkan publik bahwa dirinya layak memimpin, dalam hal ini sebagai cawapres.
Pada akhirnya waktu yang akan menentukan bagaimana dengan wacana koalisi PG dan PD ini. Yang jelas, PG dan PD sama-sama memiliki modal untuk membangun koalisi. Dari sisi PD, ayahanda AHY, yakni Susilo Bambang Yudhoyono, presiden periode 2004-2009 dan 2009-2014, pastinya memiliki relasi yang baik dengan para pimpinan parpol lainnya.
Kesemuanya tergantung pada komunikasi yang dijalin.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H