Munculnya usulan Musyawarah nasional Luar Biasa (Munaslub) di partai itu seperti menjaring angin, sia-sia. Pasalnya untuk menggelar Munaslub di sebuah partai besar, butuh dana luar biasa besar. Bahkan bisa mencapai setengah triliun. Padahal dalam aturan partai itu, Munaslub hanyalah mengantar untuk membuat Musyawarah Nasional (munas) yang sah. Biaya pun sama besarnya.
Jika dihitung total bisa satu triliun rupiah untuk menggulirkan Munaslub dan Munas guna mencari pemimpin baru partai itu. Cukong mana yang mau membuang satu triliun untuk mendapatkan keinginanannya.
Belum lagi, saat ini sudah ada konsolidasi di partai itu. Siapa calon legislatif yang akan bertarung di Pileg 2024 sudah mulai diatur. Jika ada Munaslub dan munas, maka susun ini bisa berantakan lagi.
Belum lagi jika bicara Pilkada, Â bakal calon juga sudah mulai mempersiapkan diri bersama pengurus partai saat ini.
Pendek kata, sangat besar pertaruhan risiko yang akan diambil  jika harus menggelar agenda itu untuk sekedar menggulingkan pimpinan partai dan memuaskan sahwat politik seseorang. Ini tentu tidak bijak dan justru sangat buang-buang energi dan tentu saja uang!
Oleh karena itu pula harus diakui bahwa tidak mudah untuk menyatakan adanya keretakan internal di partai itu. Apalagi untuk mengaitkannya dengan indikasi disharmonisasi partai, mengingat partai sesungguhnya dalam suasana kondusif, di mana sang ketum bahkan sudah diputuskan sebagai calon dari partai untuk bertarung di bursa pemimpin negara ini.
Dukungan Tertinggi
Di sisi lain harus diakui bahwa kinerja, popularitas dan elektabilitas sang menteri dari waktu ke waktu semakin 'kinclong'. Ini dibuktikan dari hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei yang merangkum isi hati terdalam dan kejujuran dari masyarakat. Ia kian diperhitungkan sebagai calon pemimpin negara yang mumpuni.
Bahkan sang pemimpin seperti memberi kepercayaan penuh pada sang menteri. Ia diajak jalan-jalan dalam acara peninjauan sebuah Pabrik  di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12/2012). Mereka berdua berbincang akrab, layaknya sahabat. Ini sudah menunjukkan sinyal yang sangat kuat jika pemerintah mendukungnya.
Bisa jadi atau sangat mungkin jika pengakuan masyarakat atas keberhasilannya telah menimbulkan iri hati dan ketidak-sukaan dari elit partai yang tidak sehati dengannya. Bukankah orang-orang semacam ini ada di setiap lini kehidupan, tak terkecuali partai-partai besar?
Orang-orang yang memiliki libido politik tingggi, nafsu berkuasa atau sebaliknya nafsu menghancurkan luar biasa. Tidak mengherankan jika frasa "Dari sahabat menjadi Pengkhianat" dilekatkan pada orang-orang seperti itu.