Partai Golkar, sebagai pemenang kedua Pileg, mengincar kursi Ketua MPR. Hal itu sudah dikemukakan Airlangga Hartarto jauh-jauh hari. Untuk itu, Airlangga sudah membicarakannya sebelum pemilu dengan pimpinan partai politik lainnya di koalisi. Bahkan sudah pula melaporkannya kepada Presiden Jokowi, bahwa Golkar akan mencalonkan ketua MPR dan partai lain mendukung.
Dari lobi-lobi politik tingkat tinggi pula, yang khususnya dilakukan oleh Airlangga Hartarto, Rapat Paripurna MPR secara aklamasi akhirnya menetapkan Bamsoet sebagai ketua setelah Faisal Muzani menyatakan menarik diri.
Wajar jika para pendukung Airlagga Hartarto meminta loyalis Bamsoet untuk tidak memutarbalikkan fakta seputar adanya 'deal' antara Bamsoet dengan Airlangga untuk kursi ketua umum partai. Mereka meminta loyalis Bamsoet tidak  mengaburkan fakta bahwa seakan-akan Bamsoet tidak ada komitmen untuk mendukung Airlangga Hartarto untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam munas bulan Desember 2019 ini setelah Bamsoet ditugaskan sebagai Ketua MPR.
Ada dua saksi, yakni Agus Gumiwang Kartasasmita dan Adies Kadir, yang mengetahui komitmen antara Bamsoet dan Airlangga. Pernyataan soal komitmen agar Bamsoet mendukung Airlangga setelah menjadi Ketua MPR sudah jelas. Jadi, komitmen Bamsoet pada pertemuannya dengan Airlangga sudah terang benderang. Apalagi, hal itu ditegaskan juga oleh Bamsoet kepada sejumlah media. Video pernyataannya kala itu sempat menjadi viral.
Seharusnya setelah keinginan Bamsoet untuk menjadi Ketua MPR dipenuhi maka selanjutnya dia harus mensrvis Airlangga untuk jadi Ketua Umum. Barulah setelah itu, Airlangga jadi ketua lagi, deal berikut soal AKD dibicarakan kembali. Ini rasanya lebih elegan dibandingkan sikap mau menang sendiri dari Bamsoet untuk menguasai Golkar setelah diberikan tugas menjadi Ketua MPR.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H