Mohon tunggu...
Fajar Perada
Fajar Perada Mohon Tunggu... Jurnalis - seorang jurnalis independen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pernah bekerja di perusahaan surat kabar di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bensin Mahal atau Orang Indonesia Manja

3 Februari 2016   16:11 Diperbarui: 3 Februari 2016   16:41 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Beberapa pekan terakhir, gejolak seputar harga BBM kembali marak. Pemicunya tak lain perbedaan harga bensin unleaded di Indonesia dan Malaysia yang berbeda. Banyak pengamat mengklaim, jika sudah terjadi pembodohan publik tentang harga BBM yang seharusnya berlaku di Indonesia.

Salah satu nya pengamat ekonomi Faisal Basri yang menyatakan jika harga  BBM unleaded RON 92/95 di Malaysia yang lebih murah dibanding bensin premium (Ron 88) yang mulai tahun ini ditarik subsidinya serta Pertamax RON 92.

Di Malaysia RON 92 dikabarkan Faisal Basri dijual dengan harga di bawah 6000 rupiah. Sementara di Indonesia premium masih Rp7050. Belum lagi jika bicara harga Pertamax Rp8350, pekan ini.

Kontan masyarakat langsung membandingkan Indonesia dan Malaysia. Sentimen dua negara tetangga yang  sering dipicu kecemburuan juga muncul. Pendek kata, pro dan kontra atas pendapat Faisal Basri bermunculan tak karuan. Pertamina, banyak dianggap oleh pihak yang pro Faisal Basri mengambil untung banyak.

Sementara di pihak lain, menganggap harga yang ditetapkan pemerintah untuk premium atau BBM subsidi adalah wajar. Untuk BBM non subsidi, memang sejak dulu sudah mengikuti harga pasar (dunia), jadi tak perlu diributkan lagi.

Harga Bensin

Dilihat dari kasus harga bensin Malaysia, sebenarnya saya setuju dengan Pertamina dan pemerintah untuk menetapkan harga seperti saat ini. Tetap di kisaran 7050. Toh kalau turun banyak pun, misalnya Premium diturunkan ke 6000 rupiah per liter, belum tentu akan mempengaruhi turunnya ongkos angkot dan transportasi lainnya.

Sebaliknya, jika Premium sudah turun ke Rp6000 per liter, terus pada pertengahan tahun 2016 ini harga minyak dunia kembali normal, maka Pertamina dan pemerintah akan menaikkan harganya lagi. Pada pergantian harga kedua ini, pastilah akan banyak spekulan yang mengambil kesempatan dengan menaikkan harga-harga. Padahal saat bensin turun, harga-harga itu tidak diturunkan.

Selain itu, harga BBM di Indonesia sebenarnya tidak mahal-mahal amat. Bahkan kalau dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN, masih tergolong baik, begitu pula jika dibandingkan dengan negara-negara di dunia lainnya.

Menurut situs www.globalpetrolprices.com banyak sekali varian harga minyak di dunia ini. Data tersebut untuk BBM unleaded atau setara Pertamax (RON 92). Dari data yang diterbitkan situs itu untuk harga BBM pada 25 Januari 2016, Indonesia menduduki peringkat negara ke-25 dengan penjualan BBM termurah dari 100 negara yang tercatat di situs tersebut.

Harga bensin unleaded di Indonesia sebesar Rp8450 / liter memang masih lebih mahal dibandingkan dengan Malaysia Rp6146 (ke-16 termurah) dan Brunei Rp5138 (ke-9 termurah) menurut situs tersebut.  Namun harga di Indonesia tentunya lebih murah  dibandingkan harga bensin unleaded di Vietnam Rp10067, Filipina Rp10567, Thailand Rp11706,  Singapura Rp17048, Kamboja Rp18256

Bayangkan jika Indonesia negara dengan GDP 3.416 per kapita dengan harga bensin unleaded 8450 rupiah sementara Kamboja dengan GDP 1.140 dollar AS harus menerima bensin unleaded dengan harga 18256 rupiah!

Tentu menjadi pertanyaan, jika penduduk Indonesia mendapat keuntungan yang lebih banyak dalam membeli BBM dibandingkan dengan negara yang lebih miskin. Padahal, Indonesia sendiri juga bukan termasuk negara yang dikategorikan pengekspor minyak dan menjadi anggota OPEC.

Subsidi sendiri untuk bbm sudah banyak dikurangi atau bahkan dicabut untuk dialihkan ke sektor lain. Yang menjadi perhatian kita sebenarnya adalah bagaimana pemanfaatan subsidi tersebut. Masyarakat seharusnya bersama-sama memperhatikan apakah subsidi dari pemerintah yang diberikan untuk masyarakat tidak mampu dan digunakan untuk pembangunan infrastruktur tersebut sudah tetap sasaran. Jangan lagi meributkan tentang harga minyak Indonesia yang termurah ketiga di ASEAN serta menuntut untuk menjadi termurah kedua atau pertama di Asia Tenggara. Harga bensin murah, sebenarnya bukan prestasi. Sebaliknya sebuah kemunduran karena masyarakat kelas menengah ke atas, yang memiliki kendaraan bermotor masih manja dan hanya menantikan subsidi dari negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun