Bayangkan jika Indonesia negara dengan GDP 3.416 per kapita dengan harga bensin unleaded 8450 rupiah sementara Kamboja dengan GDP 1.140 dollar AS harus menerima bensin unleaded dengan harga 18256 rupiah!
Tentu menjadi pertanyaan, jika penduduk Indonesia mendapat keuntungan yang lebih banyak dalam membeli BBM dibandingkan dengan negara yang lebih miskin. Padahal, Indonesia sendiri juga bukan termasuk negara yang dikategorikan pengekspor minyak dan menjadi anggota OPEC.
Subsidi sendiri untuk bbm sudah banyak dikurangi atau bahkan dicabut untuk dialihkan ke sektor lain. Yang menjadi perhatian kita sebenarnya adalah bagaimana pemanfaatan subsidi tersebut. Masyarakat seharusnya bersama-sama memperhatikan apakah subsidi dari pemerintah yang diberikan untuk masyarakat tidak mampu dan digunakan untuk pembangunan infrastruktur tersebut sudah tetap sasaran. Jangan lagi meributkan tentang harga minyak Indonesia yang termurah ketiga di ASEAN serta menuntut untuk menjadi termurah kedua atau pertama di Asia Tenggara. Harga bensin murah, sebenarnya bukan prestasi. Sebaliknya sebuah kemunduran karena masyarakat kelas menengah ke atas, yang memiliki kendaraan bermotor masih manja dan hanya menantikan subsidi dari negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H