Pada zaman sekarang ini, kebanyakan kendaraan yang beredar di pasaran telah menganut sistem pengabutan bahan bakar dengan model injeksi. Penggunaan sistem injeksi ini sudah terbukti dapat mengurangi konsumsi bahan bakar kendaraan serta mengurangi emisi gas buang.
Setiap pabrikan punya nama sebutan yang berbeda terhadap sistem injeksi yang dimiliki. Misalnya saja pabrikan “sayap mengepak” yaitu Honda menyebutnya dengan PGM-FI (Programmed Fuel Injection) dan pabrikan “garpu tala” yaitu Yamaha menyebutnya dengan YMJET-FI (Yamaha Mixture JET Fuel Injection).
Honda hingga sekarang ini masih mempertahankan sistem PGM-FI-nya yang berpadu dengan eSP (Enhanced Smart Power) agar mendapatkan efisiensi mesin yang maksimal. Sedangkan Yamaha telah mengganti sistem YMJET-FI-nya dengan Blue Core karena alasan efisiensi juga.
Meskipun berbeda penyebutan, namun pada prinsip kerjanya tetaplah sama. Motor yang menggunakan sistem injeksi selalu memiliki benda yang bekerja untuk mengontrol perangkat injeksi itu sendiri yang bernama ECU.
ECU merupakan kependekan dari “Electronic Control Unit”. ECU juga memiliki penyebutan lain yang disebut dengan ECM “Electronic Control Module”, keduanya sama saja namun hanya berbeda penyebutan.
ECU berperan sebagai “otak” untuk motor yang telah menganut sistem injeksi, menggantikan CDI (Capacitor Discharge Ignition) pada motor yang masih menggunakan sistem karburator. Tentunya ECU bekerja dengan cara yang lebih modern karena benda ini seperti komputer kecil yang bekerja pada motor.
Mengapa disebut sebagai komputer kecil? Karena sejatinya ECU ini dapat mengumpulkan data-data (termasuk data kerusakan) pada motor kamu Readers, sehingga ECU juga dapat mempermudah kerja para mekanik yang ingin menyervis motor kamu.
Salah satu kerja ECU adalah mengontrol banyaknya debit bahan bakar yang dikeluarkan oleh injektor. Tentunya pengontrolan tersebut juga berdasarkan kalkulasi dari beberapa sensor untuk menciptakan campuran stoikiometri yang selalu presisi, sehingga pembakaran di dalam mesin mendekati angka efisiensi maksimalnya.
Tidak hanya itu, ECU juga dapat mendeteksi kemiringan motor kamu. Apabila motor kamu berada pada sudut kemiringan tertentu (Honda memprogramnya pada sudut 70 derajat) maka mesin akan mati demi alasan safety.
Lebih lanjut, ketika kamu ingin menyervis motor injeksi kamu ke bengkel, mekanik dapat mendiagnosa kerusakan ataupun menyetel ulang sistem injeksi motor kamu menggunakan alat diagnosa khusus ataupun laptop. Tentunya hal ini dapat dilakukan apabila kamu pergi ke bengkel yang menerima servis injeksi ya!
Sistem injeksi dengan ECU juga memiliki kekurangan nih Readers. Karena perangkat tersebut bekerja secara elektronis, maka wajib hukumnya bagi kamu untuk menjaga tegangan listrik pada aki motor kamu agar sistem injeksi selalu bekerja dalam keadaan prima. Bayangkan saja komputer rumahan tanpa alat voltage stabilizer, pastinya komputer akan tidak bekerja maksimal atau bahkan rusak.
Nah Readers, begitulah pembahasan mengenai ECU pada motor injeksi. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini. Apabila ada pertanyaan seputar pembahasan ini, boleh ditanyakan langsung ya Readers!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H