"Bahagia..."
Akhirnya dia pun bersuara. Aku memejamkan mata, denyut nada indah yang beberapa waktu tadi hampir memenuhi rongga jiwaku, perlahan lahan mengabur, berbias dengan sejuta rasa yang hampir menemaniku selama 720 hari ini. Sakit! ini lah dia, lelaki ku yang mampu mengubah setiap rasa yang kumiliki menjadi 360 derajat dalam sekali jentikan jari. Betahun lalu disaat aku masih sangat jatuh cinta padanya, dia menorehkan belati tipis dan mengoyak ngoyak hatiku sampai lebur dan tak berbekas, sampai sampai aku seperti mahluk yang tidak memiliki hati lagi untuk mengenyam sebuah rasa yang bernama Cinta. Ya, aku telah mati rasa dengan segala pernak pernik yang bernama cinta. Dan kini, beberapa jam lalu dia hadir kembali seperti Don Juan yang lelah berpetualang dan ingin kembali keperaduannya. Di ruang waktu yang sama sekali tidak pernah lagi ada dalam harapan dan doaku, dia hadir dengan suara nya dan mengucap RINDU. Dan naas nya, dalam ruang waktu tak terduga itu dalam sekali hentakan dia membawaku kembali melayang, menggetarkan sisi hatiku yang haus akan segala hal tentang nya, dan membuatku lupa bahkan tiba tiba merasa kalau luka yang di torehkannya dulu seakan tidak pernah ada. Cerita pahit bertahun lalu seakan membias hanya dengan dua kata dari nya. Rindu dan Cinta. Aaarrgghhh... aku mengeram. Serapuh ini kah hatiku untuk lelaki ini???
"Sayang..." Dia memanggilku, dan aku hampir gemetar mendengar dia mengucap kata sayang itu.
"Berhenti lah merindukanku..." Suaraku bergetar, diantara rela dan tidak rela mengeluarkan kalimat itu.
"Sayang..."
"Dan jangan memanggilku seperti itu lagi. Berhentilah memikirkan ku dalam hari harimu..."
"Aku tidak tahu, apakah aku bisa melakukannya..." Lirih suaranya, dan aku hampir luluh lagi.
"Pasti bisa! sama seperti yang dulu pernah kau katakan padaku, ketika aku katakan aku tidak akan bisa mencintai laki laki lain selain dirimu. Dan saat itu kau berkata kalau aku pasti bisa..." Aku berusaha sekuat tenaga untuk mengatur nada suara agar setenang mungkin, agar dia bisa mendengar kalimatku dengan sangat jelas, atau sebenarnya aku ingin mengingatkannya lagi tentang sebaris luka yang dulu dia torehkan padaku.
"Apakah kau telah menemukan lelaki itu?" Nada suara nya sama dengan nada suaraku, dan aku menangkap ketidak relaan didalamnya.
"Berhentilah berkata kalau kau masih mencintaiku..., kembali lah pada pilihanmu..."
"Arrgghhh... Aku tahu aku telah menyakitimu... maafkan lah aku.."