Mohon tunggu...
Eva Purba
Eva Purba Mohon Tunggu... PEGAWAI SWASTA -

ingin berbagi melalui tulisan, karena terkadang apa yang ada di fikiran tidak dapat di ungkapkan dengan lisan :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena aku wanita yang mencintaimu...

18 Juli 2013   17:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:21 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku merindukanmu..."

Suara itu terdengar sangat merdu diantara rinai hujan yang membadai malam ini. Aku memejamkan mataku, berusaha menyimpan semua kalimat yang di hantarkan gelombang telekomunikasi itu erat erat di ingatanku, aku atau sejujurnya hatiku sangat tidak rela kehilangan moment ini sedetikpun.

"Bisa kah kita menikmati lagi masa masa indah kita dulu?" Pinta nya dengan suara yang teramat indah di telingaku.

"Aku merindukan semuanya, saat saat bahagia kita, saat saat bersamamu..." Aku juga... dalam hati kata kata itu telah melonjak lonjak berulang kali, tapi hanya di dalam hati. karena saat ini aku hanya mampu diam terpaku, menikmati setiap rasa yang diberikan nya walau pun terentang jarak ribuan kilo meter.

"Masih kah mencintaiku..?" Perlahan, bergetar dan sedikit getir kalimat itu akhirnya ku keluarkan juga.

"Masih.. aku masih mencintaimu..." Aku melenguh... sisi romantisme ku bersorak sorai kegirangan, seperti menemukan jawaban yang selama ini seperti jalan buntu, menemukan akhir dari segala kebekuan yang hampir mematikan rasaku tentang jatuh cinta. Untaian nada nada asmara itu mengusik setiap sisi sisi jiwa ku, aku seperti orang yang pertama kali jatuh cinta, yang cinta nya di sambut hangat oleh si empunya cinta.

"Seperti apa kau merindukanku..?"

"Seperti orang yang kecanduan, setiap saat dalam kehidupanku aku selalu merindukanmu, memikirkan dirimu...bahkan lebih sering memikirkanmu dari dirinya..."

Lagi lagi aku melenguh, dan kali ini bukan menahan buncahan rasa yang berbunga bunga, melainkan menahan sakit seperti irisan belati di hatiku, kata terakhirnya tentang  'dirinya'. membawaku kembali ke alam nyata, realita!

"Bahagia kah dirimu?"

Hening. Badai hujan yang mendera bumi sejak sejam lalu kini hanya menyisakan gerimis dan desau angin dan sesekali gemuruh langit. Suasana yang mulai sunyi membuatku bisa mendengar desah nafasnya yang ada di ujung ponsel seberang sana. Aku menunggu, menghitung detik tiap detik yang berlalu, berada di perbatasan jawaban YA atau TIDAK, yang mungkin akan menjadi jawaban terakhir dari galau ku bertahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun