14.48 wib
Gadis itu memangku dagu nya dengan kedua tangannya, bibir nya bergerak manyun. Tatapannya tak lepas dari layar monitor di hadapannya. Beberapa menit kemudian terlihat dia menarik nafas, lalu menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mungkin kah dia menangis?
16.50 wib
Gadis itu masih duduk dengan posisi memangku wajahnya, mungkin posisi itu adalah posisi favoritnya, kali ini sekali sekali dia mengetik sesuatu di keybord komputernya, lalu mengangkat telefon, berdiri memberesi beberapa lembar kertas yang berserakan diatas mejanya, mungkin sudah mau pulang. Tapi kemudian dia hanya berdiri di depan mejanya, menatapi layar monitor di hadapannya. Sesekali dia menghela nafas. Ntah apa yang menarik perhatiannya di layar monitor di depannya itu sampai dia hampir tidak bergeming.
17.30 wib
Gadis itu melambaikan tangannya kepada beberapa orang teman nya yang beranjak pulang. Senyum manis terpatri di wajahnya. Dia masih duduk sambil melipat tangannya didepan dada, sesekali bercengkrama dengan teman teman nya yang masih ada di ruangan kerja. Wajahnya sumringah, tertawa lepas, tapi ketika dia mengalihkan pandangannya dari teman teman nya dia menarik nafas dalam dalam. senyuman nya menepi, wajah nya muram. Diraihnya benda mungil yang di sebut ponsel pintar, hanya menatap benda mungil itu, seperti menunggu panggilan atau menunggu pesan masuk. sedetik, dua detik, tiga, empat sampai sepersekian detik dia hanya menatap tanpa melakukan apapun. Lalu meletakkan ponselnya di atas meja. berdiri memandangi orang yang lalu lalang di koridor kantornya.
18.45 wib
Gadis itu melemparkan pandangannya melalui pintu kaca kantor. 'sudah gelap' bibirnya seperti menggumamkan kalimat itu.
19.20 wib
Gerimis mulai turun, keramaian jalan pun mulai menyusut. Gadis itu masih memangku wajahnya dengan kedua tangannya di depan monitor, berkali kali menghela nafas. Setelah mengetik sesuatu di keyboard komputernya, dia pun beranjak. Meraih ponselnya, menimang nimang benda mungil itu sebentar lalu memasukkan nya kedalam saku blazernya. Diraihnya tas kerja, lalu berjalan keluar kantor. Menengadahkan kepala menatap langit yang hitam yang sedang menurunkan gerimis, dengan payung kecil akhirnya dia berdiri di ujung trotoar.
19.45 wib
Di ujung trotoar Adrian hanya mampu memandangi Riana dari dalam mobil nya, sudah hampir 30 menit, gadis itu hanya berdiri ditrotoar, tanpa bergeming sedikitpun, angkutan umum sudah beberapa kali berhenti dihadapannya tapi Riana tidak beranjak. sementara gerimis seperti tidak akan berhenti. Adrian meraih ponselnya mengetik nama di panggilan, tapi hanya sampai mengetik nama, tanpa menekan tombol call. Sejak siang tadi, dia hanya menunggu di dalam mobilnya, menunggu gadis itu akan menghubungi nya seperti biasa, berharap Riana akan mengirimkan pesan singkat sebagai sinyal untuk nya agar dapat bertemu dengan gadis itu. Adrian masih terpekur di tempatnya ketika gerakan kecil Riana menyentaknya. Gadis itu melambai pada angkutan umum, lalu beberapa saat menghilang dari pandangan Adrian.
"Aku rindu Riana...." Ujar Adrian pelan kepada dirinya sendiri.
19.50
Ruang kantor yang sepi, Biyan merenggangkan tangannya. Waktunya pulang! ketika hendak memberesi perlengkapan kerja nya pandangan Biyan tertuju pada layar monitor Riana yang ternyata tidak di matikan. Sambil menyeruput kopi nya yang sudah dingin, Biyan membaca kalimat yang tertera di inbox media sosial yang tidak sempat terkirim atau memang tidak berniat dikirim "Aku rindu Adrian...."
Dasar Riana geblek! batinnya sambil geleng geleng kepala, mau bilang kangen kok ya susah amat sih...? dengan iseng di tekannya tombol enter. Message SEND!
(ketika rindu tapi tak boleh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H