Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Takkan Pernah Kembali Lagi

16 November 2019   11:13 Diperbarui: 17 November 2019   16:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Risau bukan untuk tanah tumpah darahku. Kempis lengkung tapi untuk kerut muka. Selanjutnya renta bukan bau badannya. Dewan karena di dalam istana negeriku. Raksi aroma wangi saling beradu. Terhenti masing berbeda rasa berbagai odoran. Mencicip pewangi kerap dipromosi. Basi keringat jadi wangi bunga gandapura.

Mendekati dan mencapai tiba waktunya. Semesta tercipta karena keinginan. Rencana saat inginku seakan tak bias. Perihal tak sanggup meraih nan jauh. Mencatat harapku agar kalian pahami ini. Hamba belum menginginkan kalian saat ini. Begitu kalian pasti tahu maka aku melihat. Renung longok menengok jangan nasib.

Sobatku lupakah aku akan segalanya. Ketika terjaga dalam sorotan terik mentari. Memaknai harfiah realitas kepudaran. Keredupan senja sisipkan senyap. Hening kemungkinan malam mulai mengalun. Mengusik guguran daun ditepi jalan. Sembiran batas bunyi gending berjengket. Takkan pernah kembali lagi jangan kalian sesali diriku.

(Pondok Petir, 01 Nopember 2019)

Puisi : Edy Priyatna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun