Puisi : Edy Priyatna
Keadaan ini terlihat jelas pada lintah darat. Lingkungan nan sering mencekik leher. Ramah orang didesaku ranting kering tubuhnya. Fisik kandas rembulan sedikit redup. Muram pada malam makin pekat. Kental padahal mentari tak pernah berakhir. Terputus akibat karena kejauhanmu. Serta tak pernah ingin berhenti mencuri. Mengambil maka kau tak pernah tahu. Ingat dengan mimpi indah aku mencarimu. Mengejar bagai asa nan tertandu di kelopak. Pelupuk mata tertahan ditelan prahara. Badai terlihat bulat wajahmu berona putih. Bening ranum bercahaya perbenaan.
Kemudian indah dari jauh kumenjelajah. Mengembara ilmuku terasa ringan kubawa. Dukung dalam perjalanan selalu bertanya. Menyoal agar semua tahu itu apa terjawab. Segalanya itu semua agar otak tak membeku. Mengental diriku senantiasa ingin mengerti. Bangun karena pengetahuan membuatku kenyang. Cukup puas belanja tahu dan tempe. Hamba berharap pagi ini saat mentari. Surya mulai tiba dapat pergi ke pasar. Pekan menyinarkan sinarnya hutan. Berjatuhan hingga ikanpun kesetanan satwa. Alas kian gundul pohon bertumbangan. Fauna menjadi tuna pesanggrahan.
(Pondok Petir, 03 Oktober 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H