Puisi : Edy Priyatna
Nila biru dihiasi belantara besar putih. Semut angin bertiup silir memilir membelai. Menyapu lembut burung unggas terbang. Sendiri bebas lepas hingga senja sore. Tampaknya barangkali sang kota akan sedih. Maupun akan bahagia atau akan tersentak. Terbang arwah atau mungkin akan terkejut. Serta juga karena tidak ada kado hibah. Hanya saat malam hari itu datang. Bukan kulihat tanda jasa jagat langit. Terlebih mendung menghitam pekat. Rembulanpun ditelan awan gelita tua.
Firasat tanda bakat gejala gelagat. Terserempak bumi menggoncang dahsyat. Merindingkan bergetar setiap kali mengejutkan. Selalu seluruh jiwapun menjadi sunyi. Gemuruh semua orang berhamburan keluar. Pekik jeritan tangis terdengar riuh. Riang gembira gema doapun mengaung. Sebatas hingga hujan turun lebat. Demi nan sedikit memberi ketenangan. Ketika situasi mulai sunyi sepi. Sedikit semu ada banyak kegelisahan. Nian kehendak kuasa tak harus ada tanda.
(Pondok Petir, 04 September 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H