Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lantang Gemuruhnya Mencekik Rakyat

21 Agustus 2019   11:22 Diperbarui: 21 Agustus 2019   13:31 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Edy Priyatna 

Kembali aku menangis kali ini tanpa air mata. Transparan membayang bernas pikiran. Pada dua waktu bersamaan tiada mampu. Demi untuk melihat bahkan menurut. Logat dalam hikayat sang raja penguasa. Adalah penyayang entah siapa. Kepada siapa lalu dengan tongkat dia berputar. Lebat deras maka keluar jebrol. Kekayaan bumi lumpurpun meluap. Rakyatnya sekarat melarat terpuruk.

Tergambar dengan kasat mata para pejuang. Ada datang mereka telah hilang. Kembali dengan tanda janur kuning. Serta asfar dengan jiwa merah putih. Julukan dalam hikayat waktu terus. Meluncur lumpur terus menghormati. Pembesar menghilang bersama tongkatnya. Kelompok perkampungan babakan desa. Telaga menjadi rata dahanam gelegar. Lantang gemuruhnya mencekik rakyat.

(Pondok Petir, 06 Agustus 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun