Puisi : Edy PriyatnaÂ
Kulawat mata hatimu sengguk. Hendak rasanya membasuh air matamu. Mudah luka itu kemarau sembuh. Sempadan kau bisa melukis pelangi. Di pojok kedua matamu. Jangan ada air mata lagi. Kemudian aku hirup mata airmu. Senggat kehausan rindu ini tetap terbenam.
Apabila langit tak lagi galengan awan kelam. Warna biru terang benderang. Angin berlarian mengejar dedaunan. Ilalang bergoyang meliukkan tarian riang. Dan kitapun berlarian saling menjauh. Pada sudut nan tak terjangkau. Ketakutan pada cacatan malam. Mengerti paham kendati terjalin.
Seperti itu pertama kali aku mengikuti. Kurasakan hadirnya getaran hati. Tak menerima apa nan terjadi. Memedulikan amat tak berdaya. Tatkala itu lalu aku melihatnya. Aku sepenuh hati bahagia mengenalnya. Hendak bakal langsung memelukmu. Di senun engkau menginginkan tembang hujan.
(Pondok Petir, 28 Juni 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H