Puisi : Edy Priyatna
Kedapatan ada cahaya keelokan. Bufet di samping kolam renang air hangat. Selanyutnya hujan turun amat lebat. Guci tunas panas tanpa bau belerang. Tunggang gunung terhambat embun kabut. Merah jingga hanya terbayang. Berendam air panas air panas di malam hari. Malam hari penuh sensasi.
Semenjak kandungan para penyair. Berantara sedikit demi ada pantai tiang seperti ini. Termakbul kapan akan terus berjalan. Menyambut kedatangan tamu pantai alam indah. Tengah matahari tak pernah berakhir. Saksama jika ingin berjalan sampai ujung. Di hadapan batu-batu nan besar. Mengapa ini di biarkan terjadi.
Tersedia saatnya kita menekuni berkuasa. Mudah menghidupkan kembali gelora. Betapa hanyut dalam ketakutan. Sebenarnya kita butuh keterbukaan alami. Menelusuri rel jauh di atas tanah berjarak. Rasa hatimu membakar cintaku. Sebab kita terbang membelah cakrawala. Tanganmu menyambut napasku.
(Pondok Petir, 15 Juni 2019)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI