Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pesisiran

26 Juni 2019   13:02 Diperbarui: 22 Oktober 2019   11:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Kedapatan ada cahaya keelokan. Bufet di samping kolam renang air hangat. Selanyutnya hujan turun amat lebat. Guci tunas panas tanpa bau belerang. Tunggang gunung terhambat embun kabut. Merah jingga hanya terbayang. Berendam air panas air panas di malam hari. Malam hari penuh sensasi.

Semenjak kandungan para penyair. Berantara sedikit demi ada pantai tiang seperti ini. Termakbul kapan akan terus berjalan. Menyambut kedatangan tamu pantai alam indah. Tengah matahari tak pernah berakhir. Saksama jika ingin berjalan sampai ujung. Di hadapan batu-batu nan besar. Mengapa ini di biarkan terjadi.

Tersedia saatnya kita menekuni berkuasa. Mudah menghidupkan kembali gelora. Betapa hanyut dalam ketakutan. Sebenarnya kita butuh keterbukaan alami. Menelusuri rel jauh di atas tanah berjarak. Rasa hatimu membakar cintaku. Sebab kita terbang membelah cakrawala. Tanganmu menyambut napasku.

(Pondok Petir, 15 Juni 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun