Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sesekali Mendadak Langit Menjadi Gelap

15 Januari 2019   05:38 Diperbarui: 15 Januari 2019   12:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Edy Priyatna

Belakang hari setelah aku kembali. Saat matahari mulai tinggi. Pasti hatiku akan gugup tak keruan. Karena uang ku sudah tak ada lagi.

Sekalian mereguk air rotan. Guna melepas dahaga sesaat. Ekormu berada di ujung samudera. Berputar membawa suhu panas.

Kecuali hanya sebentar saja. Kemudian terang kembali. Menghamburkan lahar matang. Tidak keruan kehidupan liwa.

Terap rintis udara pengap. Menurut orang di sini. Terjadi selama bebarapa hari. Kini keesokan harinya.

Memudarkan awan hitam. Tak dapat membentuk hujan. Ada mutasi perubahan. Sesekali mendadak langit menjadi gelap.

(Pondok Petir,10 Januari 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun