Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memporakporandakan Kehidupan Alam

8 Januari 2019   07:30 Diperbarui: 8 Januari 2019   09:03 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang minggu ini menjala. Pintu jendela menelanjangi rembulan. Purnama diam tak bergerak menanti fajar. Udara di semesta sekedip bintang merenung. Apakah ini sepi berteduh di tubuhmu. Daun berdebu resah. Waktu nan kau pinta mengendap di hatiku.

Sementara itu air bah menyapu desa. Bahkan banyak orang pencuri. Tak pernah ingin berhenti mencuri. Menjadikan rakyatnya harus bersusah-payah. Setiap saat mesti selalu berjuang. Berkarya berusaha berupaya belajar. Berjalan dengan kematian.

Dengan bukit tidak hijau lagi. Sungai membuat banjir. Airnya tak jernih lagi. Hingga ikan pun kerasukan. Ilmuku terasa ringan ku bawa. Dalam perjalanan selalu bertanya. Semoga terjawab itu semua.

Dalam detik kelam hari gelap. Aku tetap takkan berpaling darimu. Semua bayang terdengar dari kejauhan. Adalah halaman kehidupan gunung bergemuruh. Kerap meletus sepanjang hari. Menghamburkan lahar matang. Memporakporandakan kehidupan alam.

(Pondok Petir,03 Januari 2019)

Puisi : Edy Priyatna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun