Puisi : Edy Priyatna
Kelihatannya sejarah pertama bangsa ini
akan bermakna bagi rakyatnya
sementara penguasa amat menyayangkan
kendati simpati maupun sangat prihatin
namun kau telah menyadarkan semua mata
Serta larut dalam lelah
namun benakku masih berpikir
lalu kuhisap sebatang rokok
sekarang kau tidur terbaring lemah
mata tertutup di depan orang banyak
Kelakuan tercela kau lakukan
membuat semua hormat padamu
sayang karena dia tak tahu makna
kau sudah bicara walaupun tanpa suara
larut dalam semangat
Benua sudah dalam keadaan kotor
harus di bersihkan tak jemu mataku
melirik jam dinding
nan menggantung di kamarku
mencari angka lain
(Pondok Petir, 19 September 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H