Puisi : Edy Priyatna
Demi melepas dahaga sesaat
ketika ditangkap pun tak merasa menyesal
kau pandai berkelit badan
kau pintar bersilat lidah
tidak mau mengakui salah
padahal sudah jelas terbukti
Tengah juga lakukan usaha
untuk kebebasan diri
kau pintar bersilat lidah
enggan dituding bermental murah
padahal dirimu manusia serakah
kini kembali kutatap langit
Corak dan garisnya tetap sama
merah tak nyata lagi
walau hujan terlihat reda
malam tiba-tiba saja telah larut
nampak ada pendar cahaya
namun tak kulihat rembulan
Tentang nagari ini dengan matamu lebar
semua orang menjadi malu karena ulahmu
sebentar lagi nagari ini akan berantakan
menjadi sasaran bangsa lain
sekali lagi bukalah mata hatimu
sebelum azab mendatangi dirimu
Lenggak nagari ini dengan mata hatimu
sekolah penduduknya menjadi miskin
sekalian penghuninya sebagai gundah
seluruh masyarakatnya selaku gelisah
semata kaumnya berprofesi susah
semua rakyat harus menanggung akibat
(Pondok Petir, 22 Agustus 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H