Puisi : Edy Priyatna
Kemudian setelah bait dalam sajak
terlulis dengan kegosongan
hitamnya dimasukkan ke dalam gelas
raut wajah terlihat tak jelas
hidup kita penuh kehendak
namun lidah ini terasa kelu
kehidupan adalah bangkit
dari putaran dan keterpurukan
betapa beruntungnya kita ini
telah hidup di nagari berdaulat
walau keadilan masih belum begitu tinggi
kini warnanya telah berubah
hingga membuatku terjaga
dan sadar bila membiarkan emosi
bagai tak memiliki cermin untuk introspeksi
kendati belum maksimal
kesinambungan berjalan perlahan
bertahan dalam damai tanpa perang
menciptakan kebersamaan nan indah
menuju masa depan dengan keihklasan
dalam perlindungannya pada setiap waktu
nagari sejuk karena kerukunan
(Pondok Petir, 19 Agustus 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H