Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menentang Jatuhnya Hujan Deras

14 Juli 2018   07:50 Diperbarui: 14 Juli 2018   08:24 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

 

Sewarna itu juga kami
momen ramahnya bekerja
meski aku hanyalah makhluk kecil ceroboh
melainkan senyumku tak pernah buatan
demi semua nan telah bertukar

Penuh onak dan penarung
tujuanku tetap keinginan
bukan pernah mengambau
meskipun aku tak tegas berlebihan
lamun kau tak tega menduganya

Serentak sendi dan tulang sampingku
menyebabkan sebongkah guntingan
laksana secercah bintik
berkenaan aku masih tetap tegang
kawula masih bisa tegak berdiri kesepian

Membilang menggoncangkan hati
bersaing gempa nan terjadi pada hari ini
mencetak dengan nyata tindakan para aparat
ada menimbulkan banyak data
semalam ratusan petani telah dirugikan 

Sesudah melangkahkan kaki
ketimbang malam tak bergairah
lebih jauh dibiarkannya nan kosong
radas pernapasan tak bersuara
durasi datang hampa udara


Kaki telanjangku telah menapak gunung
curamnya bukit jantungmu
benihmu memandang seolah mencambukku
hendak terus bertindak
menentang jatuhnya hujan deras

   

(Pondok Petir, 04 Juli 2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun