Puisi : Edy Priyatna
Â
Lumayan detik kelam hari gelap aku tetap takkan berpalingÂ
dari semua bayang terdengar dari kejauhan adalah halamanÂ
kehidupan gunung bergemuruh kerap meletus sepanjang hariÂ
camur lahar matang memporakporandakan kehidupan alam
Â
Semenjak kubenam rindu ke dadamu waktu malam membelahÂ
senja goresan kehidupan kuning jingga kemerahan juga warnaÂ
kenangan ada di matamu aku coba mulai menghitung langkahÂ
langkah nan tak berjejak takku temui para sahabat memahamiÂ
Â
Cukup bukit tidak hijau lagi sungai-sungai membuat melimpahÂ
tak jernih lagi hingga ikanpun kerasukan ilmuku terasa ringanÂ
kubawa dalam perjalanan selalu bertanya agar terjawab semua
akan dalam kehidupan ini merobohkan apa saja papan reklameÂ
Â
Setakat memancarkan sinarnya hutan kian gundul tumbuhan
tanaman pohon bertumbangan para satwa menjadi tuna wismaÂ
ranting-ranting kering tubuhnya kandas rembulan sedikit redupÂ
malam makin pekat sedang mentari tak pernah berhenti berseri
Â
(Pondok Petir, 09 Oktober 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H