[Bulan Kemerdekaan RTC] Perubahan Alam Jarang Perhatian Sebentuk Realisasi KehidupanÂ
Puisi : Edy Priyatna
Â
Kesempatan terus meluncur lumpur terus menjulang mengangkat membawaÂ
menghormati raja penguasa menghilang bersama tongkatnya perkampunganÂ
desa telaga mata air menjadi rata gemuruh mencekik rakyat kini tahu laporan
beritanya dari buku sejarah bangsa tiga ratus lima puluh tahun kau dikecilkan
ada telaga aku sempat rehat tepi mandi untuk melihat bahkan mendengarnyaÂ
sungguh aku tak bisa demi mu aku menangis pada sepi bersembunyi nurani
Â
Matlamat jalan menuju kediamanmu selorong dekat perkampungan di timurÂ
sungguh hati jadi haru tiada mampu indonesiaku tiga ratus lima puluh tahun
kuasa genus marga oleh bangsa lain tiga setengah abad kau ditindas gencetÂ
panggilan dalam hikayat sang raja penguasa adalah penyayang entahsiapa
kepada sembarang orang lalu dengan tongkat dia berputar deras makapergi
keluar lah kekayaan bumi ibu pertiwi lumpur pun meluap rakyat nya sekaratÂ
Â
Jasmani terpaku di sebuah sudut keluhkan nasib hidup senantiasa menantiÂ
tak pasti masa mentari mulai tenggelam kau tiba bersama senja diujung soreÂ
duduk mangu terlihat langit jingga meredup perlahan membiru ditutup megaÂ
hitam sejak ada janji malam datang tanpa rembulan sebuah metamorfosis
perubahan alam jarang perhatian sebentuk realisasi kehidupan nan berjalanÂ
cerah membentang mega kelabu melarat sampai menjalar merembet sangsai
Â
(Pondok Petir, 16 Agustus 2016)
[caption caption="cap"][/caption]
 Â
Catatan : Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H