Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Perubahan Alam Jarang Perhatian Sebentuk Realisasi Kehidupan

16 Agustus 2016   19:53 Diperbarui: 16 Agustus 2016   20:06 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Bulan Kemerdekaan RTC] Perubahan Alam Jarang Perhatian Sebentuk Realisasi Kehidupan 

Puisi : Edy Priyatna

 

Kesempatan terus meluncur lumpur terus menjulang mengangkat membawa 

menghormati raja penguasa menghilang bersama tongkatnya perkampungan 

desa telaga mata air menjadi rata gemuruh mencekik rakyat kini tahu laporan

beritanya dari buku sejarah bangsa tiga ratus lima puluh tahun kau dikecilkan

ada telaga aku sempat rehat tepi mandi untuk melihat bahkan mendengarnya 

sungguh aku tak bisa demi mu aku menangis pada sepi bersembunyi nurani

 

Matlamat jalan menuju kediamanmu selorong dekat perkampungan di timur 

sungguh hati jadi haru tiada mampu indonesiaku tiga ratus lima puluh tahun

kuasa genus marga oleh bangsa lain tiga setengah abad kau ditindas gencet 

panggilan dalam hikayat sang raja penguasa adalah penyayang entahsiapa

kepada sembarang orang lalu dengan tongkat dia berputar deras makapergi

keluar lah kekayaan bumi ibu pertiwi lumpur pun meluap rakyat nya sekarat 

 

Jasmani terpaku di sebuah sudut keluhkan nasib hidup senantiasa menanti 

tak pasti masa mentari mulai tenggelam kau tiba bersama senja diujung sore 

duduk mangu terlihat langit jingga meredup perlahan membiru ditutup mega 

hitam sejak ada janji malam datang tanpa rembulan sebuah metamorfosis

perubahan alam jarang perhatian sebentuk realisasi kehidupan nan berjalan 

cerah membentang mega kelabu melarat sampai menjalar merembet sangsai

 

(Pondok Petir, 16 Agustus 2016)

[caption caption="cap"][/caption]

  

Catatan : Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun