Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelap Sunyi Mendanai Memberi Gelisah Saat Rembulan Membentuk Sabit

13 April 2016   20:51 Diperbarui: 13 April 2016   21:12 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Edy Priyatna

Anda tersirat digaris-garis lelangit tercantum tertulis dalam mata kucinta dan bukan habis-habisan sepenuhnya kemiskinan tapi kau begitu ramah dahulu banyak bilang tapi tak yakin gaflat kealpaan manusia cacat dosa terlibat dalam pertengkaran angkuh durhaka mesti harus disapu tsunami

Sasap nan gersang kering memberi tanda saat matahari menelan waktu setelah menikmati kesejukan menjadi bagian dari sebuah keluarga bakir mendadak naik menjadi membabi buta tak di nyana terjadi tekanan jiwa keadaan terus ber lalu waktu kini telah ber ganti lagi sementara almanak

Temporer kau melupakan meninggalkan diriku aku berdoa kepada tuhan dinding masih tetap diam padahal awal segera akan menjadi akhir tanpa harus mengejar dengan ber lari tanpa terasa bumi ber putar pada poros berbahagialah kamu bersama angin terakhir kuucapkan selamat tinggal

Hamba hidup jauh diam kau mati juga tetap diam stagnan air mata habis melimpah melihat kenyataan menimpa isyarat bahwa engkau terus jatuh ada dan murka membuka mata hati menyadari jiwa kembali orasinalitas kalbu tetap beribadah berdagang dan berbakti dengan ikhlas karena mu

Gelap sunyi mendanai memberi gelisah saat rembulan membentuk sabit membuat mencipta segala hidup dan mati menjadikan bahagia sejahtera setelah hadang menahan kerinduan pada bunda dan buah hati keluarga merubah diri menjadi pilu kesedihan melekat tanpa terasa air mata jatuh

(Pondok Petir, 13 April 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun