Terbang Membelah Langit
Puisi : Edy Priyatna
Larutan menimbun wajah malam
suara deras hujan dalam sajak
curahan hati mungkin perih
tanah digali terangkat dari dalam
ilmu nan tak kan pernah selesai
walau pagi maupun musim berganti
terpanas terik deru debu santapan kami
walau setiap hari mencari rejeki demi sesuap nasi
Sporadis kala berteriak dalam sunyi
selalu menanti pemimpin peduli semua ini
sebenarnya kaulah harapan tujuan kami
tempat curahan hati wadah keluh kesah
sudah hilangkah rasamu pada kami
karena kami tahu kau bukanlah batu
hanya diam duduk dan tidur di kursi
ketika kembali kuterjaga
Kugagas membuka lagi mata kecilku
lebih pekat dan tambah dingin mendekap
udara makin terasa pengap
ada apa dengan diriku
kamu tidak lagi bisa keluar
bukan larut dalam ketakutan
suatu saat pasti kan datang
kita tak mungkin lagi selalu penuh rasa
Akhirnya disiksa atau tersiksa
atas dengan mantra-mantra
tidurkan dengan cerita bintang dan rembulan
diberi angan keindahan pelangi-pelangi
sesungguhnya kita butuh keterbukaan dan kenyataan alami
dan nilai kita bukan kalah atau menang
juga bukan sedih dan senang
terbang membelah langit
(Pondok Petir, 17 Januari 2015)