Mohon tunggu...
Erwin Panigoro
Erwin Panigoro Mohon Tunggu... Dosen - Brand and Digital Science, Strategic Marketing, Consumer Research, Consumer Behavior, Political Marketing Communication, PhD in Marketing, Certified Marketing Analyst

#Brand #Digital Science #Research #Consumer Behavior #Penggiat & Pelaku UMKM #Civitas Akademika

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ritel Konvensional Berguguran Bukan Semata karena E-Commerce!

17 Januari 2019   10:45 Diperbarui: 17 Januari 2019   12:26 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di waktu yang bersamaan, merebak pula fenomena yang terkait dengan pembelajaan barang fashion. Banyak para ahli berpendapat bahwa bisnis fashion tidak akan dapat dengan dengan mudah masuk ke bisnis online, Mengapa? Karena salah satu keputusan pelanggan disaat ingin membeli pakaian adalah "Menyentuh" dan "Mencoba". Namun dewasa ini, kedua hal tersebut bergeser. 

Dari data semester 1 2018, didapatkan bahwa barang yang paling banyak dibeli secara online adalah fashion. Tentunya hal ini tidak luput dari berkembangnya fenomena-fenomena baru ditatanan masyrakat, pertama, "Peer Influence" dan "Peer Pressure", dimana seseorang dengan mudahnya memutuskan pembelian ketika mendapatkan persetujuan dari kelompok atau teman-temannya. 

Perubahan perilaku ini pula yang membuat belanja barang fashion di toko online atau E-Commerce merangsek naik. Kedua, fenomena "Curated Fashion Brand", banyak bermunculan merek-merek lokal yang dalam waktu singkat menjadi tren dan idola dalam berpenampilan menjadikan sebuah gaya hidup baru. 

Orang tidak lagi fanatik dengan sebuah brand terkenal, namun sudah mempercayai kehadiran-kehadiran merek-merek lokal yang dianggap memiliki kualitas baik serta harga yang terjangkau. Curated Fashion Brand, adalah sebuah istilah yang disimbolkan kepada sebuah merek fashion lokal yang mendapat pengakuan dari para pelaku industri fashion lokal bahwa produk-produk dari merek-merek tersebut memiliki kualitas bagus, model yang terkini serta harga yang relatif terjangkau.

Melihat dari fenomena-fenomena tersebut, tentunya menjadi tantangan bahwa adanya perubahan kebiasaan ditatanan masyakarat harus selalu dicermati dan diantisipasi sebagai salah satu bentuk "Disruptive Innovation" di era digital ini. Para pelaku retail konvensional perlu mempelajari lebih dalam tentang konsep O-2-O (Offline-to-Online) yang tidak lain adalah upaya dalam menjangkau konsumen dengan memanfaatkan kemampuan dan manfaat dari kemajuan teknologi digital saat ini demi memahami secara mendalam tentang perilaku konsumen saat ini.

Sumber video : CNBC Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun