Seperti kita ketahui, memasuki masa kampanye Pemilu Presiden saat ini banyak narasi-narasi bertebaran dimana-mana, salah satu contohnnya adalah maraknya terpaan narasi #GantiPresiden2019 yang bermunculan dengan berbagai format pesan baik dari kegiatan luar ruang hingga kanal-kanal online.Â
Yang cukup mengagetkan adalah bagaimana narasi tersebut memanfaatkan sebuah momentum kekininan demi mendapatkan perhatian, lihatlah yang terjadi pada sebuah kegiatan Mahasiswa Baru Universitas Muhamadiyah Malang. Konten narasi politik tersebut disematkan tanpa ijin dalam sebuah koreografi visual yang merupakan bagian dari kegiatan Maba UMM. Kemunculan rekayasa gambar tersebut, dipastikan oleh UMM bahwa koregrafi berbentuk tagar yang dimaksud adalah HOAX. Cara yang tidak etis tersebut, tentunya adalah hal yang mencederai kegiatan Civitas Akademika dan sangat memilukan untuk dunia pendidikan di Indonesia.Â
Sekedar perlu diketahui, dunia kampus adalah pedagogi dan pedagogik, artinya kampus adalah tempat pendidikan dan tempatnya ilmu pendidikan. Kampus sangatlah jauh dari praktek politik praktis khususnya jika di kaitkan dengan 'Keberpihakan'. Sebuah lembaga pendidikan tahu betul, kegiatan apa yang layak dijalankan dan mana yang tidak etis untuk dilakukan.Â
Teman-teman, alangkah eloknya jika menjelang pemilu Presiden ini, teman-teman yang sudah memiliki pilihannya masing-masing, bisa mengemukakan narasi-narasi yang berisi gagasan dan ide bukan narasi negatif yang menyudutkan, menjatuhkan atau bahkan mengkambing-hitamkan. Ingat, Pemilu Presiden layaknya sebuah 'Perlombaan' yang berujung dengan terpilihnya yang terbaik bukan 'Pertandingan' yang berujung dengan kekalahan.Â
Mari kita lebih DEWASA dalam menyebarkan informasi, lakukan 'CROSS-CHECK' sebelum menyebarkan berita tertentu, apakah berita itu benar atau salah, aktual atau fiktif.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, hingga saat ini saya belum memutuskan siapa yang akan menjadi calon presiden pilihan saya, Mengapa ?
Pertama, hingga saat ini saya masih menganut paham bahwa pilihan seseorang adalah rahasia individu yang merupakan hak konstitusi nya untuk tidak di nilai bahwa pilihannya benar atau salah. Selain itu, untuk mengurangi bahkan menghindari dampak sosial di tatanan kehidupan bermasyarakat dengan terhindarnya dari label, "Jokower atau Prabower" yang akhirnya berujung pada keretakan hubungan pertemanan, persahabatan bahkan persaudaraan.
Kedua, masa kampanye belum di mulai. Saya sangat menghargai aturan main dengan tidak memperbolehkan adanya kegiatan kampanye baik yang bersifat propaganda atau pun sekedar terpaan narasi terselubung di jagat maya.
Ketiga, saya belum mendapat akses untuk melihat dan menilai program-program yang ditawarkan oleh kedua kubu calon, sehingga saya belum tahu betul, program-program 'Kerja' apa yang menjadi muatan utama dalam narasi politiknya.
Mari kita tunggu tanggal 23 September 2018 ini, dimana proses kampanye akan dimulai. Kita budayakan cara berpikir yang logis, sistematis, analistis dan integralistis, yang selama ini menjadi PEDOMAN untuk saya dalam menilai dan menentukan serta memilih siapa yang akan menjadi pilihan saya kelak, yang berdasarkan program-program yang ditawarkan yang sudah tentu harus 'BERPIHAK' kepada Rakyat untuk masa depan yang lebih baik.
Selamat memasuki periode masa kampanye pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Wakil Rakyat periode tahun 2019-2024 yang damai, intelektual dan bertanggung jawab untuk kemajuan masa depan Indonesia dan kejayaan Republik kita tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H