Mohon tunggu...
Epi Sulandari
Epi Sulandari Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Tiga Orang Anak

Pecinta nasi; pemerhati pangan; wanita yang bercita-cita menjadi istri dan ibu yang solehah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Habiskan Nasimu Nak.....

28 Juli 2019   08:53 Diperbarui: 28 Juli 2019   08:56 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau barisan rapi para tentara yang siap melaksanakan perintah menjaga kedaulatan bangsa agar tidak terintervensi oleh negara lain.  Semua orang merasakan sejuk atas alunan tasbih padi kecil di lahan sawah petani.  Semuanya berharap yang terbaik. 

Setiap hari, Pak dan Bu Tani akan menengok sawahnya.  Mengusir hama dan tumbuhan liar yang menggangu.  Bak menjaga anak-anaknya, para petani menggunakan berbagai cara untuk mengusir hama dan penyakit tanamannya.  Para peneliti bahu membahu untuk menemukan cara terbaik, termudah dan termurah untuk menjaga padi di sawah.  Padi dijaga baik-baik dengan harapan akan dapat panen yang terbaik.  

Di bawah terik matahari, beliau para pahlawan pangan tak henti-hentinya menjaga dan merawat padi-padi. Tak peduli seberapa legam kulit pahlawan pangan terbakar matahari.  Tak peduli bahwa beliau harus makan di pinggir sawah dengan kederhanaan.  Namun dengan semua niat baik dan hati bersih, semua dilakukan dengan tanpa mengeluh, dengan senyum merekah karena bayangan hamparan padi menguning yang siap panen akan mereka tuai.

Akhirnya semua menunggu, seberapa banyak dan bagus butir-butir padi akan muncul.  Para petani semakin dalam dan hati-hati merawatnya, para tengkulak mulai berkeliaran untuk mengumpulkan butiran-butiran gabahnya, para penggilingan mulai memanaskan mesin pengering dan penggilingan, Pemerintah mulai waspada akan gangguan pasokan dan harga, para pedagang mulai berhitung waktu menyimpan dan melepas stoknya; dan para ibu sudah menyiapkan dapurnya untuk memberikan asupan gizi keluarganya.

Perjuangan sampai dengan (rata-rata) 110 hari menyiapkan pangan buat kita, para petani dengan badan berlepotan lumpur dan terbakar matahari, patutlah kita apresiasi dengan menghabiskan setiap butir nasi yang sudah dimasak dan kita ambil di piring kita.  Sebuah langkah sederhana.  

Menghabiskan sampai dengan butir nasi terakhir di piring kita.  Alangkah sedihnya para petani jika ada sisa butir nasi yang terbuang karena untuk mendapatkan sebutir nasi tersebut penuh dengan perjuangan.  

"Habiskan nasimu Nak.......".  Jangan pernah kau lukai hati para pahlawan pangan seberapa pun kau sanggup membayar harga nasinya.  (es2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun