Mohon tunggu...
Epi Sulandari
Epi Sulandari Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Tiga Orang Anak

Pecinta nasi; pemerhati pangan; wanita yang bercita-cita menjadi istri dan ibu yang solehah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tidak Ada yang Salah dengan Bulog

25 April 2018   14:08 Diperbarui: 25 April 2018   14:20 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu pergantian Direksi Perum BULOG, santer terdengar di berbagai media.  Yang kemudian muncul menemaninya adalah, ada apa dengan penggantian ini? Meskipun di dunia karier, jabatan itu bisa berpindah kapan saja dan bisa dipindahkan kapan dan ke siapa oleh pemilik modal, namun membaca nama besar BULOG, tetap menumbuhkan tanya di benak setiap orang.  Ada apa dengan BULOG? Apa yang salah dengan BULOG?

Umumnya yang menjadi salah satu alasan penggantian direksi suatu perusahaan adalah kinerja manajeman tersebut.  Jika itu yang menjadi dasarnya, maka kita bisa tengok apa yang sedang terjadi dengan Perum BULOG yang selalu dikaitkan dan dijagokan oleh Pemerintah sebagai lembaga pangan yang menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga.

Stabilisasi Harga  

Salah satu tugas BULOG adalah menstabilkan harga, baik di tingkat produsen maupun tingkat konsumen.  Dua tujuan yang saling bertolak belakang, karena di pihak produsen menginginkan harga yang tinggi sementara di sisi konsumen mengharapkan harga yang rendah.  Dua tujuan yang butuh harmonisasi untuk membuat petani tersenyum, dan Konsumen tidak manyun. 

Awal tahun 2018, masyarakat dihadapkan pada kenaikan harga beras dan pangan laian yang relatif tinggi. Harga beras mbedal (mengikuti istilah Dr. Sapuan -- Mantan Kepala Biro Analisa Harga dan Pasar BULOG pada tahun 80 an), naik hampir Rp.1.000/kg dibanding bulan Desember 2017.  Mungkin kenaikan harga ini bisa berbeda antar wilayah dan antar jenis, namun masyarakat merasakan ada kenaikan harga yang cukup tinggi. 

Sebenarnya kenaikan harga beras sudah dirasakan sejak Oktober 2017, sehingga BULOG ditugaskan untuk melaksanakan Operasi Pasar dengan menggunakan Cadangan Beras Pemerintah.  

Alhasil, beras banyak digelontorkan ke pasar sejak Oktober 2017 dan semakin  meningkat pada awal tahun 2018 sampai saat ini.   Pada saat inilah, langkah BULOG dalam berjuang sekuat tenaga untuk menstabilkan bahkan menurunkan harga beras pada tingkat konsumen dpat dirasakan.  Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah beras yang sudah digelontorkan oleh BULOG ke sejumlah daerah.

Membaca informasi di Kompas, 25 April 2018, halaman 1), BULOG melalui Direktur Operasional dan Pelayanan Publik menyatkan bahwa terhitung sejak awal November 2017-April 2018, jumlah beras yang sudah disalurkan BULOG kepada masyarakat mencapai 1,3 juta ton atau dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu (sekitar 600 -- 700 ribu ton).  Namun apa yang terjadi dengan harga beras?

Pada tahun 2017, jika kita melihat andil beras terhadap inflasi yang menggambarkan pergerakan harga beras, bahwa harga beras pada November 2016-April 2017 relatif stabil dengan andil inflasi beras negatif sejak Febuari 2017. Artinya harga beras mulai turun pada Februari 2017 dan terus menurun sampai dengan April 2017.  Harga beras pada April 2017 (Rp.13.074/kg) sudah di bawah harga beras bulan November 2016 (Rp.13.185/kg). 

Berbeda dengan kondisi pada tahun 2018, harga beras naik tajam di awal tahun (sampai 2,64% dari Desember 2017) dan selanjutnya naik terus sampai dengan Februari 2018.  Harga beras mulai terlihat turun sejak pertengahan Maret 2018 yang memberikan  andil negatif terhadap inflasi Maret 2018.  Penurunan terus terjadi pada April 2018 (Rp.14.162/kg), namun disayangkan masih di atas harga pada November 2017 (Rp.13.429/kg).

Lantas, apa yang bisa dibaca dari fenomena diatas. Ternyata, pada tahun 2018, dengan upaya yang dilakukan oleh BULOG jauh lebih besar dari tahun 2017 dalam rangka stabilisasi atau penurunan harga beras, belum dapat sepenuhnya menurunkan harga beras pada posisi yang diharapkan Pemerintah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun