Mohon tunggu...
Ephyn Solanta
Ephyn Solanta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemanasan Global: Pertarungan Keyakinan dan Keraguan (Skeptis)

7 Mei 2016   17:23 Diperbarui: 7 Mei 2016   17:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terminologi pemanasan global kembali mencuat ke permukaan yang memunculkan aneka reaksi. Di satu sisi, terutama kaum ilmuwan menilai bahwa pemanasan global (global warming) merupakan salah satu persoalan yang krusial dan serius. Karena itu, diperlukan sikap aktif manusia terutama untuk mengurangi resiko atau dampak dari pemanasan global. Namun di sisi lain, hadir kelompok oposisi yang logika pemikirannya didominasi oleh konsep kapitalis. Kelompok opisis berdalih bahwa pemanasan global bukan sebagai persoalan yang sangat serius. Pernyataan tersebut selanjutnya dikuatkan oleh beberapa alasan yaitu: bukti dasar dari adanya pemanasan global masih lemah, jika harus terjadi pemanasan global akan memberikan keuntungan dan kebijakan tentang pemanasan global hingga aksi internasional hanya akan berdampak negatif (McCright & Dunlap, 2000: 510).

Secara konseptual, pemanasan global didefinisikan sebagai kejadian meningkatnya rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Penyebab utama terjadinya pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam yang melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer (Darsono dalam Fadliah, 2008: 2). Adapun dampak dari pemanasan global yaitu mengakibatkan kenaikan permukaan laut, perubahan iklim, kerusakan pada organisme dan ekosistem serta pengaruh terhadap ketersediaan air dan pertanian. Menurut laporan dari IPCC (Intergovernmental on Panel Climate Change) suhu global rata-rata akan meningkat dengan laju 0,3 derajat celsius per dasawarsa. Suhu global rata-rata tahun 1890 dengan 14,5 derajat celsius dan pada tahun 1980 naik menjadi 15,2 derajat celsius. Diperkirakan untuk tahun 2030 hingga 2050 suhu global rata-rata naik 1,50 sampai dengan 4,5 derajat celsius (Fadliah, 2008: 3).

Perdebatan terhadap pemanasan global terus terjadi. Artikel yang berjudul Challenging Global Warming as a Social Problem: An Analysis of the Conservative Movement’s Counter-Claimsyang ditulis oleh Aaron M. McCright dan Riley E. Dunlop secara umum merepresentasikan gagasan dan pendapat dari kelompok oposisi. Khusus di Amerika, persoalan pemanasan global akan sangat sulit didialogkan perihal adanya faktor kepentingan dan persepsi yang berbeda dari kedua kelompok. Misi utama untuk menyelamatkan lingkungan sekaligus mengurangi polusi seringkali dikalahkan oleh berbagai macam kebijakan yang pro terhadap industri. Apalagi kelompok oposisi ini juga mendapat ruang yang sangat besar dalam media, sehingga memberikan kemudahan bagi mereka untuk mendiseminasikan gagasan-gagasan yang mereka miliki. Bahkan isu tentang pemanasan global pun telah dimasukan ke dalam kebijakan politik dari para penguasa. Hal inilah yang menyulitkan bagi para ilmuwan untuk meyakinkan gagasan-gagasan dan fakta-fakta akan adanya pemanasan global.

Namun artikel tersebut sangat kontradiktif dengan apa yang ditampilkan di dalam film yang berjudul An Inconvenient Truthyang diperankan oleh Albert Arnold Gore Jr atau yang dikenal Al Gore. Film ini dipopulerkan pada tahun 2006 sekaligus menjadi film terlaris ketiga di Amerika Serikat setelah film Fahrenheit 9/11 dan March of the Penguins. Secara umum film ini menceritakan tentang pemanasan global. Al Gore menjelaskan tentang konsep pemanasan global beserta dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Ia menguraikan beberapa dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global antara lain: melelehnya es di kutub utara yang menyebabkan beruang kutub kehilangan tempat tinggal dan meningkatnya air laut yang berpotensi besar terhadap penenggelaman pulau; daratan menyimpan panas bumi, sedangkan lautan tidak. Ketika udara laut dan udara daratan bertemu maka akan terjadi bencana seperti badai Hhuricaneyang memiliki dampak besar terutama di daratan; pengaruh teknologi yang sangat dahsyat berpengaruh terhadap pemanasan bumi. Penggunaan alat-alat teknologi seperti bom dan atom memiliki resiko yang sangat besar terutama dalam meningkatkan gas karbondioksida. Fakta-fakta yang ditampilkan di dalam film ini merupakan bentuk nyata dari pemanasan global sekaligus sebagai bentuk pendekatan persuasif yang dilakukan oleh Al Gore kepada masyarakat Amerika khususnya dan dunia umumnya untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan serta belajar untuk menghidupkan kembali cara-cara tradisional dalam kehidupan setiap hari. Untuk bisa mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan pengefisiensian barang elektronik dan kendaraan bermotor.

Pemanasan Global itu Masalah Sosial

 Dari apa yang ditulis di dalam artikel dengan apa yang ditampilkan di dalam film, saya mengambil suatu kesimpulan bahwa pemanasan global merupakan persoalan serius yang membutuhkan respon yang cepat dari masyarakat dunia. Pemanasan global bukan lagi sebagai fiksi atau ilusi dari para ilmuwan. Fakta-fakta yang terjadi khususnya perubahan cuaca yang sangat ekstrim merupakan bukti nyata dari dampak adanya pemanasan global

Saya menolak untuk berpikir skeptisdikarenakan oleh lemahnya argumen yang disampaikan oleh kaum oposisi. Justru logika yang mereka sampaikan lebih bernuansa politis dengan orientasi pada akumulasi modal. Jika dihubungkan dengan filsafat ilmu, sesungguhnya kelompok oposisi yang menganggap pemanasan global bukan sebagai masalah sosial memiliki satu aliran dengan kaum rasional. Sedangkan kelompok yang meyakini akan adanya dampak besar dari pemanasan global seperti Al Gore merupakan bagian dari kelompok empiris.

Referensi:

Fadliah, 2008. Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak dan Solusi.Jurnal Pelangi Ilmu Vol.1 No.1

McCright, Aaron M.,Riley E. Dunlap. 2000. Challengin Global Warming as a Social Problem: An Analysis of the Consertaive Movement’s Counter-Claims. Social Problems 47 (4): 499-522

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun