Mohon tunggu...
Natkha
Natkha Mohon Tunggu... Penerjemah. Penulis -

Belajar tidak pernah mengenal usia. Menulis, menerjemahkan, menyanyi, bermain musik - semua sedang dalam tahap belajar. Seperti kata seorang teman: tak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Carpe Diem. Seize Your Day.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jomblo mau Nikah? Baca Ini Dulu!

4 November 2017   20:09 Diperbarui: 4 November 2017   21:21 3300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by Jeffry Simatupang, photographer

Status 'jomblo' alias belum punya pacar menjadi momok di jaman sekarang. Bukan hanya bagi generasi Y (usia 22-40 tahun), termasuk juga generasi Z, yang masih di bawah 22 tahun. Jangan heran: anak SD jaman sekarang sudah mengerti istilah pacar dan jomblo. Prihatin? Jelas.

Tekanan akan kejombloan sudah dimulai bahkan ketika anak-anak itu belum akil baliq. Setelah dewasa, ketika teman-teman sudah punya pacar, rekan kerja atau kerabat menikah, lalu keluarga dan handai taulan mulai bertanya 'kapan nikah', kamu mulai cemas. 

Banyak anak muda berpikir bahwa dengan menikah, masalah selesai. Yang penting ada suami/istri, orang tidak bertanya-tanya lagi tentang status. Padahal, pernikahan bukanlah hal yang sepele. 

Itulah yang diutarakan oleh seorang penulis anyar bernama Hanny Dewanti lewat akun facebook pribadinya, dengan judul "Nikah Itu Enggak Enak!" Dengan gaya bahasanya yang khas, Hanny mengingatkan apa saja yang sebenarnya terjadi di balik sebuah pernikahan. Beberapa istilah yang digunakannya antara lain: masalahmu bertemu dengan masalahnya. Keluargamu bertemu dengan keluarganya. Takdirmu bertemu dengan takdirnya. Dan ini semua adalah cikal bakal masalah baru dalam rumah tangga.

Hanny mengatakan, menikah itu bukan seperti main rumah-rumahan. Bosan main, pulang ke rumah orang tua masing-masing. Menikah bukan seperti orang pacaran, ketawa-ketawa setiap bertemu. Sama sekali bukan seperti itu.

Menikah itu mempertemukan dua karakter dalam satu rumah. Menikah itu mempertemukan dua visi pribadi menjadi satu visi bersama. Menyatukan visi itu tidak mudah. Bahkan, sumber pertengkaran pasangan menikah kebanyakan berangkat dari sini.

Suami pulang kerja ingin santai. Istri pulang kerja juga ingin santai. Atau kalaupun istri bukan wanita bekerja di luar, harapannya adalah ketika suami pulang maka dia bisa istirahat dari pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya. Jadi ketika anak ingin mengajak bermain, keduanya saling melempar kesempatan. Masing-masing merasa berhak untuk istirahat, lupa bahwa anak berhak untuk diajak bermain.

Menikah itu bukan perkara sepele: asal suami ganteng atau istri cantik, cukuplah. Asal dompetnya tebal dan tubuhnya aduhai, cukuplah. Kalau suatu saat harta hilang, rekening menipis, kegantengan dan kecantikan pudar, lalu datang seorang lain membawa angin segar, dompetnya tebal, wajahnya tampan/cantik, apakah niat dan iman kita cukup kuat untuk tetap setia pada pasangan?

Pernikahan adalah sesuatu yang harus dipikir matang-matang, bukan sekedar menghilangkan status jomblo. Inilah poin utama yang diulas Hanny dalam curhatannya. Status facebooknya sudah dibagikan sebanyak lebih dari 18.000 kali, belum terhitung di situs-situs online, apalagi yang men-copas statusnya di media-media sosial lain. 

Banyak juga yang salah paham saat membaca judul statusnya yang telah dibagikan di situs-situs online. Ada yang menganggap penulis ini justru mengajak orang untuk tidak menikah. Budaya membaca secara lengkap ternyata masih jauh dari harapan. 

Sebenarnya, hikmah menjadi jomblo adalah satu kesempatan untuk aktualisasi diri. Saat kamu sudah punya pekerjaan tapi belum punya pasangan, kenapa tidak pakai gajimu untuk meningkatkan keahlian, atau bahkan untuk jalan-jalan? Keliling Indonesia, keliling dunia, lebih murah kalau pergi sendiri. Saat kamu sudah menikah, harus berpikir dua kali untuk sekedar rekreasi ke kota sebelah! 

Hanny Dewanti kini tengah menulis buku dengan judul sama, Nikah Itu Enggak Enak. Semoga artikel ini bisa memberi gambaran, seperti apa kira-kira isi bukunya. 

Don't Judge A Book by Its Title. Hanny Dewanti bukan orang yang anti pernikahan. Perempuan cerdas ini telah menikah, mempunyai satu anak, bersyukur atas hidup dan pernikahannya, dan telah membangun sebuah komunitas menulis fiksi secara online, bernama Cloverline Creative.

Berikut link status yang telah viral tersebut.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10210596380001761&set=a.3379015870241.2130901.1114726853&type=3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun