Berita bohong (hoaks) sudah ada sejak jaman dulu. Bahkan pada masa Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam. Satu hal yang diajarkan oleh nabi untuk menangkal hoax adalah dengan konfirmasi (tabayyun).
Guru yang terdiri dari : orang tua, tokoh agama, dan tenaga pendidik merupakan bagian terpenting sebagai ujung tombak dan benteng yang bisa menjadi pertahanan utama dalam melindungi generasi penerus bangsa.
Atas dasar pemikiran di atas, berikut saya paparkan beberapa gagasan yang akan saya realisasikan seandainya menjadi seorang menteri agama:
1. Membentuk Badan Konfirmasi Hoax (BKH)
Jika saya jadi menteri agama di negeri tercinta ini, saya akan membentuk semacam badan konfirmasi berita bohong alias hoax. Memang perjuangan melawan hoax sudah dilakukan oleh kementerian komunikasi dan informasi, namun tugas melawan hoax adalah kewajiban bersama.
Apa saja tugas badan konfirmasi hoax?
Tentu dilihat dari namanya, konfirmasi menjadi kata kunci yang akan menjadi "perisai" perjuangan melawan hoax. Konfirmasi bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk meluruskan kebenaran sebuah berita dan informasi.
Alat yang bisa digunakan untuk wadah konfirmasi harus terpasang langsung dalam berbagai bentuk media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan sebagainya.
Dengan tenaga ahli dalam bidang teknologi, tentu tidak akan susah untuk menempatkan sebuah tombol (ikon) bertuliskan KONFIRMASI yang muncul secara otomatis di setiap tayang berita berupa: artikel, status, meme, dan sebagainya, yang terdeteksi mengandung unsur berita bohong.
Setelah pengguna media sosial menekan tombol konfirmasi, maka akan muncul menu berupa: layanan telepon darurat (untuk berita hoax yang sangat mendasar dan fatal); layanan chatting (untuk penjelasan kebenaran informasi); layanan blacklist berita dan share (pengguna media sosial mem-blacklist berita tersebut dan menyebarkan seluas-luasnya).
Teknik penggunaan tombol konfirmasi harus disosialisasikan ke seluruh masyarakat Indonesia melalui media massa baik elektronik maupun cetak.