Mohon tunggu...
Epa Elfitriadi
Epa Elfitriadi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dan Berbagi..

Belajar dan Berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyoal Usia Pendidikan: Jangan Baligh Sebelum Aqil

15 Januari 2020   09:00 Diperbarui: 15 Januari 2020   21:32 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mereka dipersiapkan untuk mampu memikul beban syari'at (mukalaf) dan kemandirian atau dewasa secara mental spiritual dan emosianal bahkan finansial. Mereka perlu disibukkan dengan berbagai kegiatan atau proyek produktif dan solutif sesuai kodrat/fitrahnya. Hal ini dilakukan agar tidak terlalu jauh kesenjangan antara baligh dan aqil. 

Baligh dan aqil diharapkan tercapai dalam waktu bersamaan. Targetnya, usia 15 tahun ke atas mereka mulai setara dengan orang dewasa. Mereka siap mengambil peran dan tanggung jawab orang dewasa serta siap menjalankan misi hidupnya, menyempurnakan fitrah sebagai peran peradaban.

Konsep pendidikan aqil-baligh dipandang penting untuk menyiapkan generasi tangguh yang beradab, terlebih di era digital saat ini. Era dimana teknologi digital dan keterbukaan informasi telah menyeret penggunanya untuk menciptakan dunianya sendiri. 

Sebagaimana ahir-ahir ini telah lahir generasi C, yaitu generasi yang selalu terhubung, terbiasa dan terekspos dengan teknologi komunikasi/internet melalui berbagai perangkatnya. 

Oleh karenanya, penerapan empat pilar proses pembelajaran yang direkomendasikan UNESCO melalui "The International Commission on Education for the Twenty First Century" perlu memperhatikan keseimbangan pencapaian aqil-baligh seseorang. 

Empat pilar yang dikenal sebagai: 1) learning to know yaitu belajar untuk menguasai pengetahuan; 2) learning to do yaitu belajar untuk menguasai keterampilan, 3) learning to be yaitu belajar untuk mengembangkan diri, dan 4) learning to live together yaitu belajar untuk hidup bermasyarakat,  

Dengan menerapkan empat pilar proses pembelajaran berbasis keserasian konsep aqil-baligh, diharapkan seseorang akan menguasai kecakapan abad 21 dalam bingkai adab dan kepribadian yang matang. 

Kecakapan generasi abad 21 yang dimaksud adalah way of thingking (kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar), way of working (keterampilan komunikasi dan kolaborasi), tools for working (penguasaan TIK dan information literacy), dan skills for living in the word (keterampilan hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial).

Untuk mewujudkan hal tersebut, implementasi pendidikan pra aqil baligh perlu diintensifkan sebelum anak menginjak usia 10 tahun agar kesenjangan aqil dan baligh dapat diminamalkan bahkan tercapai keserasian aqil di saat baligh. Aqil baligh adalah tujuan dan titik pembeda antara anak-anak dan dewasa. Jangan biarkan anak-anak baligh sebelum aqil.

________________
Artikel dimuat di Majalah Fasilitator vol 7 no 1 tahun 2019, ISSN 2620-3936

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun