Mohon tunggu...
ENY STIYOWATI
ENY STIYOWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

harus selalu konsisten

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Kegiatan Apersepsi dalam Meningkatkan Critical Thingking Siswa Bermuatan Profil Pelajar Pancasila

6 November 2024   22:23 Diperbarui: 6 November 2024   22:33 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Eny Stiyowati¹, Muhammad Novan Zulfahmi²

Salah satu keterampilan yang paling penting bagi siswa adalah berpikir kritis. Keterampilan ini tidak hanya mencakup kemampuan menganalisis informasi tetapi juga kemampuan mengevaluasi dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan pemahaman yang mendalam. Kerangka pendidikan Indonesia yaitu penguatan Profil Pelajar Pancasila berfungsi sebagai landasan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dan mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk abad ke-21, termasuk berpikir kritis. Pendekatan yang dinilai efektif untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui integrasi kegiatan apersepsi dalam alur pembelajaran.

Apersepsi merupakan fase pertama pembelajaran yang dirancang dengan mengaitkan pemahaman yang telah dimiliki siswa dengan topik pembelajaran yang akan dipelajari. Proses ini menciptakan hubungan antara pengalaman atau pemahaman sebelumnya dengan konsep yang ingin disampaikan oleh pendidik. Kegiatan apersepsi dapat meningkatkan kesiapan mereka untuk menyerap informasi baru. Selain itu, kegiatan ini memainkan peran penting dalam membentuk perspektif siswa, sehingga mereka dapat memahami konteks pendidikan yang lebih luas, yang mencakup prinsip-prinsip Pancasila.

Pentingnya apersepsi dalam proses pembelajaran terletak pada upayanya untuk mengukur kesiapan siswa sebelum memulai kegiatan belajar. Konteks ini berarti guru bertugas menciptakan suasana yang mendukung agar siswa dapat fokus sepenuhnya pada pembelajaran yang akan dilakukan. (Karimatus Saidah et al., 2021). Melalui kegiatan apersepsi yang terencana dengan baik, peserta didik bisa lebih berperan secara aktif dalam menjalankan proses berpikir secara kritis. Hal ini sesuai dengan teori Konstruktivisme yang diungkapkan oleh Li Jingying dalam (Harefa et al., 2024 : 125) yang meyakini bahwa belajar adalah proses siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengajaran berbasis konstruktivisme berlandaskan pada pemahaman bahwa proses belajar tercipta melalui keterlibatan aktif siswa dalam membentuk pengetahuan, bukan hanya menerima secara pasif dan otomatis.

Konstruktivisme berlandaskan pada keyakinan bahwa proses belajar melibatkan upaya siswa dalam merancang dan membentuk pengetahuan secara mandiri. Pembelajaran digambarkan sebagai kegiatan dinamis, di mana peserta didik secara otonom membangun pemahaman baru dengan merujuk pada pengalaman serta pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Apersepsi memainkan peran penting dalam mengaktifkan pengetahuan awal, sejalan dengan asas konstruktivisme yang menyatakan bahwa pembelajaran optimal terjadi saat informasi baru diintegrasikan dengan pemahaman yang sudah dikuasai oleh siswa. Pendekatan ini juga mendukung pengembangan Profil Pelajar Pancasila, yang bertujuan melahirkan siswa yang kritis, mandiri, dan menghargai keragaman dalam proses belajar.

Profil Pelajar Pancasila merupakan acuan dalam pembentukan karakter dan kemampuan siswa yang berpijak pada nilai-nilai fundamental Pancasila. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, dalam rangka memperkuat pendidikan karakter, telah memasukkan Profil Pelajar Pancasila sebagai bagian integral dari Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk periode 2020-2024.

Proses pembelajaran dalam praktiknya menunjukkan bahwa kegiatan apersepsi dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran berbasis Profil Pelajar Pancasila dengan beragam pendekatan. Misalnya, guru dapat memulai pelajaran dengan pertanyaan reflektif yang mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang isu-isu kebhinekaan atau gotong royong. Selain itu, guru dapat memanfaatkan apersepsi untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui studi kasus atau simulasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Cara ini menjadi solusi bahwa apersepsi tidak hanya menjadi sarana memulai pelajaran, tetapi juga menjadi wahana pembentukan karakter.

Apersepsi juga dapat membangun interaksi yang efektif antara guru dan siswa, adanya apersepsi guru memiliki kesempatan untuk mendengarkan perspektif siswa dan memfasilitasi diskusi yang konstruktif. kondisi siswa menjadi optimal sehingga mereka cenderung menunjukkan antusiasme dalam memberikan tanggapan kepada guru serta memperhatikan materi yang akan disampaikan. (Hidayanti et al., 2021). Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka melalui dialog yang bermakna. Selain itu, melalui interaksi ini, guru dapat mengenali potensi dan kebutuhan siswa secara lebih mendalam, sehingga dapat memberikan bimbingan yang lebih tepat sasaran.

Tidak hanya berpikir kritis, apersepsi juga dapat menjadi media pengembangan kreativitas siswa. Melalui pengaitan konsep baru dengan sesuatu yang telah dimiliki, siswa didorong untuk berpikir secara kreatif dan menemukan cara baru dalam memecahkan masalah. Kreativitas ini sangat diperlukan dalam dunia yang terus berubah, di mana siswa harus mampu menghasilkan ide-ide inovatif yang relevan dengan tantangan zaman. Oleh karena itu, kegiatan apersepsi yang dirancang secara tepat akan membangun sinergi antara berpikir kritis dan kreativitas.

Apersepsi memiliki banyak manfaat dalam pelaksanaannya di lapangan, meskipun sering kali terdapat beragam hambatan yang harus dihadapi. Salah satu hambatan terbesar adalah keterbatasan waktu yang diberikan untuk kegiatan apersepsi. Hal ini sejalan dengan pendapat (Nurmasyitha & Hajrah, 2021) menyatakan banyak guru belum memanfaatkan apersepsi dalam pembelajaran karena kurangnya kebiasaan atau pemahaman mengenai pentingnya metode ini. Banyaknya tantangan yang harus dihadapi dalam pelaksanaannya, apersepsi tetap menjadi bagian penting dari proses pembelajaran yang perlu terus dioptimalkan untuk menghasilkan generasi pelajar yang berpikir kritis dan berkarakter Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Harefa, E., Afendi, A. R., Karuru, P., Sulaeman, & Wote, A. Y. V. (2024). Buku Ajar: Teori Belajar dan Pembelajaran.

Hidayanti, L., Awaliyah, S., & Hady, N. (2021). Pengaruh Pemberian Apersepsi Scene Setting terhadap Kesiapan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PPKN. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 2187--2193. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.783

Karimatus Saidah, Nurita Primasatya, Bagus Amirul Mukmin, & Susi Damayanti. (2021). Sosialisasi Peran Apersepsi Untuk Meningkatkan Kesiapan Belajar Anak Di Sanggar Genius Yayasan Yatim Mandiri Cabang Kediri. Dedikasi Nusantara: Jurnal Pengabdian Masyarakat Pendidikan Dasar, 1(1), 10--16. https://doi.org/10.29407/dedikasi.v1i1.16065

Nurmasyitha, N., & Hajrah, H. (2021). Apersepsi Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Youtube. INDONESIA: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(1), 64. https://doi.org/10.26858/indonesia.v2i1.19306

___ Permendikbud No. 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun