Di tengah pandemik seperti ini tidak seharusnya menyampaikan suatu pernyataan atau hal-hal yang bisa menambah kepanikan masyarakat. Merasa bosan, capek, lelah, stress? Sama! Semua juga merasakan karena itu adalah rasa yang wajar. Justru aneh jika tidak merasakan stress.
Mensikapi kondisi yang demikian IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Jombang membentuk tim satgas dan duta penyintas sebagai dukungan psikososial untuk masyarakat.Â
Sebagai penggerak kegiatan pembentukan tim ini konseptornya adalah dr. Antina Nevi Hidayati, Sp.K.J. Kegiatan koordinasi dilaksanakan pada hari ini, Sabtu (6/5/2020) mulai pukul 10.00 sampai pukul 13.00 di kantor IDI Jombang. Undangan dari berbagai macam latarbelakang. Ada psikolog RSUD, ada programmer keswa puskesmas, dosen FIK Unipdu serta pekerja sosial PKH Jombang.
Perbincangan mulai dari tingkat bawah planning membentuk tim satgas bantuan psikososial dari tingkat desa sampai kecamatan. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya deal akan dibentuk pada tingkat kecamatan. Mengingat jangkauan psikososial masih belum familiar padahal sangat dibutuhkan oleh masyarakat secara luas.Â
Stress tidak saja kepada pasien yang sudah positif terpapar covid 19. Namun bisa juga menimpa kepada seluruh lapisan masyarakat. Keluarga dari pasien, misalkan akan mendapatkan diskriminasi dari tetangga. Mengalami stress namun anggapan bahwa ini adalah hal wajar dan dibiarkan berlalu tentu tidak baik bagi kesehatan jiwa.Â
Ketika kesehatan jiwa tidak seimbang maka akan mempengaruhi daya imun seseorang. Pun begitu kepada para nakes atau relawan yang tiap harinya berhadapan dan berinteraksi dengan pasien yang positif terpapar covid 19.Â
Bisa saja ketakutan karena akan menulari anggota keluarganya atau dirinya sendiri yang tertular. Itu membawa beban tersendiri bagi para pejuang garda terdepan dalam merawat pasien covid 19 ini. Ide ini membawa IDI Jombang segera membentuk tim dukungan psikososial dan duta penyintas.
Duta penyintas ini adalah pasien covid 19 yang sudah sembuh. Nantinya akan menjadi role model atau contoh yang baik bagi pasien yang positif covid 19. Karena duta penyintas sudah berhasil melewati masa kritis sehingga bisa menjadi motivasi langsung untuk pasien yang positive covid supaya berhasil melewati masa karantina dengan sabar.Â
Tak jarang karena kurang dukungan dan motivasi yang holistic membuat para pasien menjadi hilang kesabaran dan berbuat aneh. Mengirim video keluhan, merasa tidak diperhatikan, merasa didiskriminasikan. Padahal yang dilakukan oleh tim medis adalah demi kebaikan dan upaya perawatan supaya mereka bisa sembuh dan segera berkumpul kembali dengan keluarga.
Seperti pada saat rapat berlangsung peksos PKH mendapat laporan dan kiriman video pasien terpapar covid 19 yang ada di salah satu rumah isolasi. Kebetulan pasien tersebut adalah keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH).Â
Disitu pasien mengeluh tidak mendapat perlakuan yang layak. Selesai rapat koordinasi bersama beberapa dokter peksos supervisor mendatangi rumah isolasi untuk kroscek video tersebut.
Ternyata hasil identifikasi menunjukkan fakta sebaliknya. Pasien semua mendapat layanan yang terbaik yang bisa dilakukan oleh tim nakes dan relawan. Berdasar keterangan Bapak Nasrullah pimpinan dari rumah isolasi, semua sudah sesuai SOP dalam merawat pasien covid 19.Â
Semula peksos supervisor juga ditawari untuk memakai baju APD dan berinteraksi langsung dengan pasien. Namun demi menghormati protokol kesehatan yang dijalankan peksos sudah merasa bisa menerima penjelasan dari tim nakes dan relawan.Â
Pasien rumah isolasi di Jombang kota ini sebanyak 34, dan akan tambah lagi 10 orang. Makanan dan snack diberikan tiga kali sehari dari RSUD. Malam ada kopi dan jahe.Â
Permainan mengusir kebosanan dari donator dan RSUD seperti karambol, raket badminton serta kartu remi sudah diberikan juga untuk pasien. Handphone dari masing-masing pasien juga diperbolehkan dibawa bahkan disediakan fasilitas wifi (dipasang khusus untuk pasien). Tiap pagi ada salah satu pasien berusia 14 tahun yang bisa dan gemar melakukan senam akhirnya menjadi instruktur senam bagi seluruh pasien.Â
Kamar (bed) serta kamar mandi juga terpisah antara yang confirm dan reaktif. Artinya pasien sudah mendapatkan yang selayaknya didapatkan. Justru yang memprihatinkan adalah tenaga perawat yang hanya 12 orang shift empat kali. Jadi sekali shift ada tiga orang relawan yang menemani dan melayani pasien. Tidak seimbang dengan jumlah pasien yang terus semakin bertambah.
Hanya kekuatan kebersamaan, bersatu membantu melawan covid 19 sesuai masing-masing bidang yang bisa mengalahkan pandemik ini. Ada baiknya selalu memposting hal-hal positif yang bisa membuat orang menjadi lebih bersemangat.Â
Karena pikiran positif serta semangat bisa melalui situasi dan kondisi bersama itu adalah penguat daya imun. Salam peksos. #kitadisini #lindungidirisendiri #lindungitemankerja #salingmengingatkan #newnormal
Pekerja Sosial PKH Jombang
Sri Indaryani,S.Sos.,M.PdI.,M.Sos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H