Tulisan saya sebelumnya mengenai koruptor wanita, sukses TIDAK ditayangkan oleh admin Kompasiana. Â Mungkin karena terlalu vulgar sehingga melanggar ketentuan yang ada. Akan tetapi saya sangat berterima kasih pada admin Kompasiana, dengan begitu artinya sudah menahan saya untuk berbuat Ghibah. Sayapun sampai sadar bahwa salah satu tulisan saya yang bahkan masuk Pilihan, dengan jumlah pembaca diatas 500 orang, harus saya hapus, karena sadar Ghibah.
Kembali ke hal yang mau saya sampaikan mengenai Koruptor Wanita.
Saya tertarik menyoroti para pejabat/pemimpin daerah wanita yang terciduk, baik melalui Operasi Tangkap Tangan (OTT), maupun melalui pengembangan penyelidikan KPK. Bahkan saya kecewa mengetahui Bupati Kutai Kartanegara dan Walikota Tegal ikut termasuk didalam wanita pimpinan daerah yang terciduk 2017 lalu. Karena mengetahui kehidupan mereka yang harusnya jadi impian dan inspirasi para wanita: Cantik, pintar, terpelajar, lulusan universitas terkenal di Indonesia, lulusan luar negeri pula, karir yang hebat, dari keluarga kaya raya dan terhormat (darisono-nya memang udah kaya), keluarga bahagia. Coba, apalagi yang kurang ?
Tinggal jentikkan jari, apa saja yang diinginkan ada didepan mata.
Mau liburan ke luar negeri, klik (bunyi jentik jari) : Visa, tiket dan akomodasi langsung ada ditangan.
Mau olahraga, klik, tinggal jalan beberapa langkah, ruangan gym lengkap ada didepan mata
Mau nambah cantik, klik, besok bisa terbang ke Korea pilih model Hidung
Mau jalan-jalan ke mall, klik, mobil-mobil berjejer didepan mata, tinggal pilih warna dan motif, Lurik, Batik, motif Boleces juga ada.
Saat nonton konser Coldplay 2017 lalu, Ibu-ibu ini tidak perlu terbang jauh-jauh ke Thailand, Singapore ataupun Australia, tinggal klik, maka personel Coldplay-nya yang datang sowan kerumah ibu, sungkem.
Btw, Ini lagi ngomongin ibu-ibu yang korupsi apa lagi ngomongin JIN TOMANG sih? Kok tinggal klik langsung ada didepan mata.
Beda dengan kita ya.Â
KITA ? Lo aja kali :)
Diantara kita para wanita kalangan bawah, harus rela tiap pagi dan sore berdesak-desakkan di commuter line, rela kaki keinjak, rela terhimpit di tengah, tanpa pegangan handle diatas, yang penting bisa nafas, bahkan kadang tak sedikit mendapat pelecehkan dari laki-laki sableng yang punya kelainan jiwa.
Ibu-ibu terciduk tersebut, kalau mau naik commuter line nggak perlu ke stasiun Bekasi, kereta-nya yang nyamper kerumah mereka (lengkap dengan isi kereta, ada gue dan teman-teman didalamnya.. haha)
SATIR banget ya gaya bahasa saya.
I r i ? Â
TENTU TIDAK! (bacanya seperti ketika ditanya "Anak Anda cacingan?" )
Salah satu dari wanita terciduk tersebut, ternyata bapaknya pernah terciduk kasus yang sama, netizen ramai-ramai bilang "buah jatuh tak jauh dari pohonnya", like father like daughter".
Coba berfikir sejenak, kalau melihat suatu kasus, lihat kebelakangnya, apa yang membuat suatu kasus itu ada. Dalam hal dua wanita terciduk ini, saya melihat latar belakang keluarganya, bapaknya, dengan apa bapaknya menafkahi anak dan keluarganya? dengan cara apa dan bagaimana?
Koruptor menghasilkan koruptor.
Pembunuh menghasilkan pembunuh.
Jangan menabur Angin bila tak ingin menuai Badai.
Masih ingat kasus pembunuhan mahasiswi Ade Sara oleh Hafid dan Assyifa?
Waktu itu Medsos ramai-ramai menulis latar belakang keluarga Hafid. Bapaknya Hafid Dokter, pernah terpidana karena kasus aborsi.
Jabarkan sendiri bagaimana reaksi uang haram masuk ke dalam darah seorang anak.
Uang haram itu bagaikan virus yang bergulung-gulung dalam darah manusia, makin membesar, makin serakah, akhirnya mematikan.
Pak ustadz bilang,
"Meskipun bibirmu mengucap berkali-kali Allahumma Ajirna Minannar... ' Â tidak akan selamat kamu.., karena makan uang haram dan riba"
--------------
I DON'T LIKE MONDAYS - The Boomtown Rats
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H