Mohon tunggu...
Envi Sandarina Alifa
Envi Sandarina Alifa Mohon Tunggu... -

Kota asal Situbondo, Single dan Bekerja di salah satu perusahaan swasta di pasuruan jawa timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat untuk Tuan

2 April 2014   04:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dear Tuan,

Tuan apa kabar? Apakah baik-baik saja?

Aku disini juga lebih baik, dari saat tuan pergi saat itu. J

Tuan, apakah disana tuan masih mengingat jelas tentangku? Tentang kenangan bersamaku?

Tidak apa-apa jika tuan lupa, aku bisa memaklumi itu.

Karena mungkin semua yang telah terjadi diantara kita tidak berarti apa-apa untuk tuan.

Aku menulis surat ini hanya ingin mengenang kembali tentang kita tuan.

Kenangan singkat kita, tapi itu menjadi magnet terkuat untukku.

Sebelumnya aku ingin bertanya tuan

Kemana perginya senyum tuan? Kenapa aku tak pernah lagi melihatnya tuan?

Apa salahku terlalu besar sampai tuan tak ingin sedikit saja membagi senyum manis itu lagi untukku?

Tuan, jika aku salah, maafkan aku... J

Tuan, bolehkah jika aku bercerita sedikit tentang kita?

Tentang pertemuan kita, dan tentang bagaimana perasaan ini muncul?

Baiklah aku akan memulainya tuan.

Aku masih ingat sekali tuan, dimana tempat pertama kali kita bertegur sapa.

Saat itu aku sedang mencari salah satu temanku, dan aku menanyakan keberadaannya kepadamu tuan.

Tidak, lebih tepatnya bukan kepadamu, tapi kepada teman-temanmu. Tapi entah kenapa hanya kau yang menjawabnya tuan.

Wajahmu memang sangat familiar untukku tuan, tapi saat itu aku tak berminat sama sekali untuk berkenalan denganmu.

Sampai saat itu aku bercerita kepada salah satu sahabatku, bahwa wajah tuan itu terlihat menenangkan.

Saat itulah, rasa untuk terus memperhatikan tuan muncul.

Aku hanya menganggap rasa itu kagum.

Lagi pula kita juga tak saling mengenal.

Tapi ternyata aku salah, tuan menyapaku dengan sangat lembut dan senyuman yang hangat dengan menyebut namaku.

Aku tidak menyangka bahwa tuan mengenalku. Tapi sebelumnya aku memang sudah mengetahui nama tuan dari teman-temanku.

Aku suka senyum itu tuan...

Aku ingin senyum itu kembali seperti dulu lagi.

Sampai hari itu tiba.

Kita di pertemukan di satu tempat yang sama. Bukan hanya kita berdua, tapi banyak orang lain disana.

Dan berkat temanku, kita bisa saling bertukar nomor handphone.

Tuan tau betapa bahagianya aku saat itu?

Bahkan detak jantung yang aku rasakanpun, tak dapat aku lupakan sampai saat ini.

Bagaimana aku tersenyum senang, bagaimana aku menutupi kegugupanku, itu masih tergambar jelas dalam ingatanku tentang hari itu tuan.

Tak lama kemudian, tuan mulai menyapaku lewat sms.

Dan percakapan panjang kitapun dimulai.

Jika kita sudah mulai bertegur sapa melalui sms, waktu seakan cepat berlalu.

Kita saling mengenal satu sama lain.

Mencoba untuk mengungkapkan perasaan yang ada satu sama lain meskipun itu tersirat.

Bercanda dan saling memuji.

Tuan, kemana perginya semua itu?

Rasanya aku tak perlu lagi untuk menceritakan detail tentang kita,

Tapi asal tuan tau, tuan adalah satu-satunya orang yang dapat merebut hatiku dengan cepat, dan tak bisa kulepaskan begitu saja.

Terima kasih untuk kenangan indah itu tuan,

Aku akan selalu mengingatnya.

Mungkin akan menjadi cerita menarik jika aku menceritakannya kepada anakku nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun