Pancasila sebagai dasar negara tetap menjadi pilar penting dalam membentuk identitas bangsa, termasuk di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Generasi Z di Dompu hidup dalam realitas di mana nilai-nilai tradisional seperti "nggahi rawi pahu"Â (ucapan yang diiringi dengan tindakan) bertemu dengan pengaruh global dari teknologi dan media sosial. Ini memunculkan pertanyaan, apakah Pancasila masih relevan di era digital atau hanya menjadi romantisme sejarah?
Di Dompu, gotong royong sebagai implementasi nilai Pancasila tetap hidup melalui tradisi lokal seperti rimpu dan kerja bakti. Namun, modernisasi perlahan menggeser pola hidup komunal menjadi lebih individualistis, terutama di kalangan anak muda. Pendidikan menjadi kunci untuk menjaga agar nilai-nilai ini tetap hidup dalam keseharian Generasi Z. Kurikulum Merdeka yang diterapkan di sekolah-sekolah Dompu memberikan ruang untuk memperkenalkan Pancasila dalam konteks lokal. Proyek berbasis pembelajaran, misalnya, dapat mengangkat isu pelestarian budaya "rimpu" atau pengelolaan potensi lokal seperti jagung, komoditas utama Dompu. Hal ini memberi siswa pengalaman langsung dalam memahami nilai-nilai Pancasila secara aplikatif.
Namun, pendidikan di Dompu menghadapi tantangan besar. Infrastruktur pendidikan yang terbatas, seperti konektivitas internet yang tidak merata, menghambat akses pembelajaran digital yang efektif. Meski demikian, upaya seperti pelatihan guru berbasis teknologi menunjukkan langkah maju untuk menjadikan pendidikan di Dompu lebih inklusif dan modern. Generasi Z memiliki keterbukaan terhadap ide baru, dan ini dapat menjadi kekuatan untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila. Tradisi diskusi dalam kegiatan agama atau adat di Dompu dapat dikembangkan menjadi forum yang lebih inklusif, di mana anak muda berkontribusi aktif dalam memecahkan masalah sosial.
Teknologi digital, jika dimanfaatkan dengan bijak, dapat menjadi jembatan antara tradisi lokal dan modernitas. Melalui media sosial (Facebook, instagram, dll), Generasi Z di Dompu dapat mempromosikan budaya lokal seperti rimpu ke kancah internasional, sekaligus menumbuhkan kesadaran mereka terhadap nilai-nilai Pancasila. Namun, keberhasilan Pancasila sebagai pedoman hidup tidak hanya bergantung pada doktrin formal. Ini memerlukan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Upaya bersama ini akan memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat diinternalisasi oleh Generasi Z, baik secara lokal maupun nasional.
Selain itu, pengembangan pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai Pancasila seperti keadilan, toleransi, dan gotong royong sangat relevan. Ini menjadi modal bagi Generasi Z untuk menjadi agen perubahan di tengah tantangan globalisasi yang semakin kompleks. Dompu memiliki peluang besar untuk menjadikan Pancasila lebih dari sekadar simbol sejarah. Dengan memanfaatkan potensi lokal, memperkuat pendidikan, dan melibatkan teknologi, generasi muda di Dompu dapat menjadikan Pancasila sebagai panduan hidup yang nyata dan relevan.
Penting untuk melihat Pancasila bukan sebagai doktrin kaku, tetapi sebagai nilai hidup yang dinamis. Dengan adaptasi yang tepat, Pancasila dapat menjadi alat yang kuat untuk membentuk masyarakat Dompu yang inklusif, inovatif, dan berbasis nilai-nilai luhur. Generasi Z di Dompu menghadapi tantangan global yang besar, tetapi dengan berpegang pada nilai-nilai Pancasila, mereka memiliki peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Kolaborasi antara tradisi lokal dan modernitas menjadi kunci untuk memastikan bahwa Pancasila tetap relevan dalam kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H