Mohon tunggu...
Enun Nurhasanah
Enun Nurhasanah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di STKIP Yapis Dompu dan Mahasiswa Pascasarjana S3

Saya adalah seorang Dosen di STKIP Yapis Dompu dan saat ini juga tengah menempuh studi Pascasarjana S3 di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Dalam peran saya sebagai pendidik, saya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pendidikan, sambil terus mengejar pendidikan tinggi untuk memperdalam pemahaman dan keahlian di bidang saya. Kombinasi antara pengalaman mengajar dan studi lanjutan memungkinkan saya untuk terus berkontribusi pada perkembangan pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dompu di Persimpangan : Pendidikan Karakter atau Kebebasan Berpikir?

4 Desember 2024   09:02 Diperbarui: 4 Desember 2024   09:22 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Dompu, sebagai wilayah dengan kekayaan budaya dan potensi pendidikan, kini menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan: memilih antara memperkuat pendidikan karakter atau memprioritaskan kebebasan berpikir siswa. Kedua pendekatan ini sama pentingnya dalam membentuk generasi masa depan, namun sering kali dianggap bertentangan. Pendidikan karakter bertujuan menanamkan nilai-nilai moral, sedangkan kebebasan berpikir mendorong kreativitas dan inovasi. Lalu, bagaimana pendidikan di Dompu dapat mengintegrasikan keduanya?

Sebagai daerah yang sedang berkembang, Dompu memerlukan generasi muda yang tidak hanya bermoral tetapi juga mampu berpikir kritis. Data dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa wilayah dengan program pendidikan karakter yang kuat cenderung memiliki siswa yang lebih disiplin, tetapi sering kali kurang unggul dalam hal inovasi . Di sisi lain, pendekatan kebebasan berpikir tanpa landasan nilai yang kuat bisa memicu permasalahan sosial. Pemerintah Kabupaten Dompu, melalui dinas pendidikan, telah mengimplementasikan kurikulum yang mengedepankan nilai-nilai lokal seperti gotong royong dan tanggung jawab. Namun, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana membuat pendidikan ini relevan dengan era globalisasi. Kebebasan berpikir diperlukan untuk mendorong inovasi teknologi dan pengembangan sumber daya manusia yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Integrasi pendidikan karakter dan kebebasan berpikir bukanlah hal yang mustahil. Sebuah model pendidikan yang menggabungkan kedua pendekatan ini telah diterapkan di beberapa sekolah berbasis proyek di Indonesia. Proyek-proyek tersebut melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan etis sekaligus memecahkan masalah nyata. Misalnya, siswa diajak untuk merancang solusi bagi tantangan lingkungan di Dompu sambil mempraktikkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab. Guru di Dompu memiliki peran sentral dalam menghidupkan sinergi ini. Mereka tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan keseimbangan antara norma-norma sosial dan kebebasan berpikir. Pelatihan guru menjadi langkah penting untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menerapkan pendekatan ini. Sayangnya, data menunjukkan bahwa pelatihan semacam ini masih sangat terbatas di Dompu.

Peran orang tua dan masyarakat juga tidak kalah penting. Dalam pendidikan karakter, keluarga adalah basis utama, sedangkan kebebasan berpikir sering kali berkembang dalam komunitas yang terbuka dan mendukung dialog. Dompu membutuhkan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan komunitas untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang holistik. Keberhasilan Dompu dalam mengatasi dilema ini akan menjadi contoh penting bagi daerah lain. Pendidikan karakter dan kebebasan berpikir bukanlah pilihan yang harus dipertentangkan, tetapi dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Dengan pendekatan yang tepat, Dompu dapat mencetak generasi muda yang unggul secara moral dan intelektual.

Saat ini, Dompu berada di persimpangan jalan. Pilihan ini bukan sekadar soal metode pendidikan, tetapi juga tentang visi jangka panjang untuk masa depan daerah ini. Apakah Dompu mampu menjawab tantangan ini? Pendidikan bukan hanya tentang hari ini, tetapi juga tentang membangun fondasi untuk generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun