Mohon tunggu...
WilLiam Adinarta
WilLiam Adinarta Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi dengan jiwa wirausaha, memiliki visi besar dalam hidup yaitu mendirikan usaha inovatif dicampur dengan ilmu psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemiripan Pendidikan Indonesia dan Hogwarts

24 November 2015   22:39 Diperbarui: 24 November 2015   23:26 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah yang terjadi di Hogwarts dan Indonesia? Sekolah sihir Harry Potter selalu menggunakan mantra dan tongkat sihir sedangkan sekolah di Indonesia menggunakan buku dan pensil. Dimanakah letak kemiripannya? Artikel ini akan mengungkap dan menjelaskan hal itu.

Pada episode kelima Harry Potter yaitu Order of the Phoenix,Hogwarts sebagai salah satu sekolah sihir yang tersohor mengalami kemunduran ketika Dumbledore menghilang. Kepala sekolah saat itu adalah Dolores Umbridge, seorang wanita yang khas dengan tutur katanya , attitude dan warna pink. Umbridge merupakan salah satu kepala sekolah yang tegas namun kuno dalam pendidikan. Banyak peraturan ketat yang dibuatnya untuk siswa Hogwarts sehingga kenyamanan sekolah pun hilang. Hogwarts menjadi sangat kuno dan tertutup pada dunia luar , padahal ada banyak ancaman dari Voldemort dan penyihir kuasa gelap lainnya. Harry dan kawan-kawannya pun tidak setuju dengan cara Umbridge memimpin sekolah dan akhirnya banyak pemberontakan berupa pelanggaran aturan Umbridge.

Pada sekolah Indonesia saat ini,banyak aturan dan tuntutan bagi siswa yang tidak sebanding dengan pendidikan yang dienyamnya. Seperti contohnya,tuntutan untuk berprestasi dan berkarya dalam bisnis oleh orang tua maupun guru. Tidak lama lagi Indonesia akan menghadapi masa AFTA dan MEA yang meningkatkan daya saing anak bangsa. Namun guru di Indonesia masih sedikit yang memiliki pola pikir Entrepreneur. Ancaman yang ada pun semakin tinggi apabila tidak adanya inovasi dalam pendidikan siswa yang juga membangun karakter Entrepreneur dalam pribadi siswa.

Dalam kesempitan yang ada, Harry mengambil keputusan untuk mengantisipasi ancaman yang ada dengan sistem pembelajaran yang baru. Hogwarts dalam pimpinan Umbridge tidak pernah mengajarkan praktik sihir untuk membela diri namun hanya teori saja. Maka dari itu,Harry dan teman-temannya pun membuat kelas khusus untuk siswa yang berminat mempelajari sihir self-defense. Pada episode tersebut juga diperlihatkan bagaimana teman-teman Harry mampu bertahan bahkan melawan penyihir gelap yang hebat. Semua oleh karena latihan Harry dan teman-teman di kamar rahasia Hogwarts.

Sekolah di Indonesia membutuhkan banyak Harry Potter yang peka dan berani action untuk bertahan bahkan melawan persaingan dengan luar negeri. Tidak selalu harus orang yang mempunyai posisi maupun status tinggi untuk memulainya. Seperti Harry yang hanyalah siswa namun memiliki pola pikir Entrepreneur. Harry sebagai guru dalam pendidikan sihir membuahkan hasil yang memuaskan. Guru Indonesia tentunya tidak akan kalah dengan Harry Potter. Guru semestinya mampu menjadi role model bagi siswa melalui perilaku,pengetahuan,keahlian dan kolaborasi berbasis Entrepreneur.

Guru Indonesia harus mulai dapat berpengaruh bagi siswa melalui cara yang inovatif dan kreatif. Guru menjadi role model yang semangat dan ambisius dalam Entreprenur serta memberikan contoh nyata dalam tutur kata,sikap positif dan aksi nyata terhadap Entrepreneur. Dalam tutur kata, guru menggunakan kata-kata yang menstimulasi motivasi dan inspirasi siswa,contohnya adalah pertanyaan bagaimana dengan proses targetmu,apa peluang yang kamu tangkap dan sebagainya. Jargon-jargon tersebut mempunyai tujuan yang mendidik siswa berperilaku dan berpikir Entrepreneur. Sikap positif terhadap Entrepeneur dalam pendidikan saat mengajar,contohnya adalah membagikan video inspirasi pada siswa , memberi contoh role model inspirasi dalam pembelajaran, menempel kata-kata inspirasi oleh Entrepreneur role model dan sebagainya.

Harry Potter pun membutuhkan dukungan untuk program ia buat dan bantuan datang dari Hermione ,Ron dan teman-teman lainnya. Guru untuk mengenal Entrepreneur juga pasti membutuhkan pengenalan akan Entrepreneur. Pengenalan tersebut dapat didukung dengan adanya penyuluhan oleh expert. Selain itu Harry juga memperoleh dukungan dalam kerjanya yakni kamar rahasia. Sama dengan guru, dukungan kerja melalui sistem kerja sangat dibutuhkan untuk memotivasi guru berkreasi seluas mungkin selayaknya Entrepreneur. Beberapa contoh nyata dukungan tersebut adalah dengan isediakannya papan inspirasi yang harus diisi sekali tiap minggu. Adanya teaching portfolio untuk guru yang menjelaskan tentang pencapaian dan bukti terdokumentasi atas pengajaran dan inovasi kreatif yang telah dilaksanakan. Portofolio ini juga dapat dijadikan sistem penilaian atas kualitas guru.

Dukungan oleh rekan Harry Potter dalam mengumpulkan personil dan pengembangan pelatihan sihir mempunyai posisi yang penting dalam kesuksesan kerja Harry. Dukungan yang dapat diberikan oleh rekan kerja pada guru yaitu dengan adanya diskusi kooperatif antar guru maupun rekan kerja yang membahas pendidikan dan mengacu pada konsep Entrepreneur. Disediakannya forum diskusi yang dapat diakses kapan pun oleh guru.

Harry pun dihargai dan diakui oleh teman-temannya sebagai guru yang terampil dalam pelatihan sihirnya. Begitu pun dengan guru,perlu adanya penghargaan dan pengakuan oleh rekan maupun masyarakat. Bentuk nyata penghargaan dan pengakuan yaitu dengan Guru memperoleh poin bonus yang dapat ditukar dengan bonus uang jika dapat memberikan ide inovasi dan realisasi dari ide tersebut. Ide Entreprenur harus telah disetujui oleh Kepala sekolah dan yayasan sekolah untuk direalisasikan. Kemudian diberikannya lencana kehormatan yang diakui oleh sekolah sebagai Innovative Teacher of the Month. Foto Guru tersebut diletakkan di pintu masuk sekolah dan depan ruang guru sebagai tanda penghargaan atas karya guru tersebut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun