Namun saat Pound Inggris melemah, investasi di Jamaika menurun dari $147mn menjadi $21mn di tahun 1972, diperburuk dengan adanya kenaikan harga kebutuhan seperti jagung, pupuk, gandum, hingga perang Arab-Israel yang membuat harga minyak naik menjadi $JM100mn, alhasil memaksa Jamaika harus mengutang pada IMF dengan SAP bahwa Jamaika harus melakukan privatisasi kepada perusahaan yang beroprasi di negaranya, dibarengi dengan pengurangan pekerja, pemotongan subsidi untuk mengurangi anggaran negara. Selain itu kemudahan dalam investasi juga ditawarkan dengan keringanan pajak (Bissessar, 2014).Â
SAP ini dilakukan agar mendorong pasar bebas dan pengurangan keterlibatan negara untuk pembangunan negara. Namun nyatanya SAP yang diterapkan justru membuat kondisi Jamaika kian terpuruk, di tahun 1989-1993 kemiskinan melonjak, anak yang menyelesaikan sekolah dasar menurun dari 95% menjadi 73% di tahun 2010, dan hutang pemerintah menjadi semakin banyak seiring lebih banyak bahan yang harus mereka impor (Debt Justice, 2013).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H