Jakarta sebagai ibu kota sering mendapat proyek percontohan berbagai jenis inovasi baru dalam berbagai bidang. Berbagai bidang tersebut tidak terkecuali transportasi, dimana banyak jenis transportasi baru telah beredar di ibu kota. Alat-alat transportasi massal tersebut contohnya Transjakarta, KRL, MRT, LRT, angkot Mikrotrans, dll. Pada dasarnya, seluruh transportasi umum tersebut memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menyajikan transportasi yang efektif, ramah lingkungan, serta terjangkau seluruh kalangan.
Meskipun perkembangan transportasi umum di Jakarta dapat terbilang maju dibanding kota-kota lainnya di Indonesia, ada suatu benang merah di antara semuanya. Permasalahan ini adalah minimnya integrasi antarmoda, di mana banyak tempat pergantian moda transportasi umum yang masih cukup sulit ditempuh. Contoh nyatanya adalah berjalan dari stasiun LRT hingga MRT di Dukuh Atas yang katanya kawasan berorientasi transit(TOD). Berjalan kaki kurang lebih menyita setidaknya 10 menit di antara kedua tempat tersebut dan juga harus melewati stasiun KRL Sudirman yang tidak jarang dipenuhi penumpang. Ketidaknyamanan inilah yang bukan hanya ditemui di daerah Dukuh Atas, namun di banyak tempat simpul transportasi umum lainnya.
Permasalahan lainnya adalah first-to-last mile yang sangat tidak memadai, di mana angkutan dari rumah hingga tujuan atau sebaliknya terkadang memerlukan jemputan ataupun jalan kaki lebih dari 500 meter. Di beberapa tempat memang sudah ada angkot Mikrotrans, namun masih sangat banyak yang belum terhubung. Kekurangan first-to-last mile inilah yang terkadang membuat orang tidak terlalu menyukai transportasi umum sehingga sebagai gantinya menggunakan ojol/kendaraan pribadi. Mayoritas rumah orang hingga tempat menaiki angkutan umum berjarak 500 meter, serta kerap kali jalannya tidak ramah bagi pejalan kaki.
Menurut saya, kedua masalah itulah yang menjadi permasalahan terbesar pada transportasi umum di Jakarta. Integrasi dan angkutan lanjutan yang masih membutuhkan pengembangan lanjutan agar dapat menjadi pilihan yang baik bagi masyarakat. Saya yakin bila integritas antarmoda serta keterjangkauan ditingkatkan, peminat transportasi umum akan lebih banyak. Akhir kata, kurang lebih itu saja pendapat dan saran saya terkait masalah pada transportasi umum di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H