Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika "Desperate" Mencari Kerja Menyerang, Jangan Berhenti Dulu

14 Oktober 2024   21:13 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:33 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari pekerjaan memang susah-susah gampang. Memang ada faktor skill, jenjang pendidikan yang berperan didalamnya. Namun faktor keberuntungan bahkan orang dalam, dipercaya jadi penentu utama.  

Ketika Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI 2017-2022 dan calon presiden pada pemilu lalu , mencantumkan " open to work" di akun LinkedIn-nya, sempat terjadi kehebohan. Salah satufollower di Instagram dengan akun @defriasrita  misalnya berkomentar . "Sarcasm-nya cerdas pak, se high value dan qualified  masih nyari kerja sendiri loh. Apa kabar anak yang dicariin kerja sama Bapaknya. Ya Allah..Ya Allah, pengacara lainnya jadi kebanting ini saingannya pak Anies," demikian komen dari akun tersebut.

Pengacara, tentu dari kita sudah banyak yang tahu artinya. Pengacara adalah plesetan dari penggangguran banyak acara.

Bisa jadi pak Anies hanya becanda soal "open to wok" ini.  Meskipun tak jadi presiden bahkan gagal dicalonkan jadi gubernur DKI tentu pekerjaan beliau sangat banyak. Boro-boro jadi pengacara, sampai beberapa bulan kedepan saja barangkali sudah ada list pekerjaannya.

Namun pendapat salah satu followernya tersebut benar adanya. Dunia kerja kita saat ini penuh persaingan yang tidak main-main. High value dan qualified saja kadang-kadang tidak cukup. Apalagi seperti yang kita tahu, banyak contoh di enegri kita dari tingkat bawah hingga teratas yang melakukan praktik jalur "orang dalam" dalam mencari pekerjaan.  Tidak heran, warga likedIn mencantumkan tagar desperate. Memang faktanya sudah sedemikian putus asanya usaha banyak pihak dalam mendapatkan pekerjaan.

KEAHLIAN SPESIFIK HINGGA KEBERANIAN BISNIS DIPERLUKAN

Seorang temen kampus bercerita, kuliah S2 yang dilakoninya saat ini masih ditopang oleh orang tuanya. Loh, kok bisa begitu? tanya saya heran. Karena setahu saya teman tersebut sudah bekerja dan masih single pula. Harusnya ya, paling tidak bisa membiayai kuliah lanjutannya sendiri.

"Gajinya saya terlalu kecil, mana cukup buat biaya kuliah. Ini juga S2 karena diminta orang tua, " ujarnya jujur. Kemudian dia melanjutkan ceritanya bahwa bercita-cita mencari pekerjaan yang lebih baik lagi bila sudah lulus pascasarjana ini. Paling tidak yang gajinya lebih baik lagi.

Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), BPS mendata, pada Agustus 2023, tercatat ada 452.713 orang lulusan S1, S2, dan S3 yang tergolong NEET (not in employment, education, and training), sedangkan lulusan diploma ada 108.464 orang. (kompas.com). Tentu saja angkanya akan terus bertambah. Bisa dibayangkan persaingan memang sangat ketat, padahal lapangan kerjanya sangat terbatas.

Sebenarnya dari generasi terdahulupun persaingan kerja memang selalu ada. Walau harus diakui, di generasi sekarang alias di zaman gen Z persaingannya tentu lebih berat lagi.  

Namun demikian jangan desperate alias jangan putus asa dulu. Paling tidak ada dua kesempatan lagi yang bisa dilakukan sebelum benar-benar berputus asa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun