Banyak yang tak menyadari, sungai sumber kehidupan
Pagi itu, saya menyempatkan diri melihat-lihat sungai. Rutinitas yang seringkali saya lakukan. Sekalian menuju pasar pagi.Â
Sungai itu bernama sungai Martapura, salah satu sungai besar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kota ini sendiri mempunyai julukan kota 1000 sungai. Sayangnya, dari beberapa referensi yang saya baca, jumlahnya terus saja menurun dari tahun ke tahun. Bahkan di 2021, dalam sebuah acara, Walikota Banjarmasin menyebutkan aliran sungai di kota ini tinggal 180-an saja aliran sungai saja. Pernah saya tulis disini.
Sebenarnya pagi itu, pemandangan sungai yang saya lihat tak banyak berbeda dari sebelumnya. Aktivitas masyarakat sungai berjalan normal.
Puluhan perahu motor lalu lalang. Kebanyakan mengangkut para wisatawan yang melakukan wisata susur sungai atau menuju Pasar Terapung, salah satu tempat wisata terkenal di kota ini. Lainnya lagi aktivitas biasa. Misal pedagang dari wilayah luar Banjarmasin yang membawa dagangannya menuju kota melewati jalur sungai.
Sungai memang bisa dikatakan urat nadi kehidupan kota ini. Transportasi sungai menjadi andalan, yang tak bisa diabaikan begitu saja keberadaannya.
Sayangnya, sungai tak terpelihara dengan baik.Â
Pagi itu, misalnya, diantara tumpukan eceng gondok yang masih ada di sungai, saya juga masih melihat banyaknya sampah, bahkan sampah berupa bekas styrofoam makanan. Padahal styrofoam  dikenal sebagai sampah abadi.
Dilansir dari Instagram resmi Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, disebutkan styrofoam membutuhkan waktu sekitar 500 – 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Itu bila di tanah, kalau di sungai bahkan mungkin selamanya tidak akan hancur.
Eceng gondok yang ada di sungai juga berbahaya. Keberadaannya salah satunya disebabkan limbah yang tidak diolah atau diolah sebagian, limbah industri dan pupuk dari praktik pertanian. Hal ini juga dikenal dengan polusi nutrisi. (liputan6.com,22/5/22).
Selain menghambat lalu lintas transportasi air juga mengganggu ekosistem yang ada di air. Ikan dan biota sungai lain tak mendapatkan sinar matahari yang cukup akibat tertutup eceng gondok.Â
Inilah Alasan Kenapa Sungai Harus Dicintai
Selain masalah sampah sungai dan eceng gondok, penduduk yang tinggal di bantaran sungai juga menjadi masalah tersendiri.
Tinggal di bantaran sungai, cukup berbahaya. Keberadaan mereka juga turut berkontribusi kepada sampah, misalnya. Tambah lagi, bisa jadi penyebab aliran sungai kecil tertutup rumah yang dibangun.Â
Bagaimana agar harta karun di sungai,misalnya ikan, bisa dinikmati anak cucu kita?
Bersyukurnya, di Banjarmasin sendiri, keberadaan ikan-ikan sungai masih banyak. Ikan haruan (gabus) misalnya, salah satu ikan favorit masyarakat lokal, masih bisa ditemui, walaupun terkadang harganya melonjak. Lebih mahal dari daging sapi.Â
Ikan-ikan lain seperti Pipih (belida), Papuyu (betok), Patin sungai, Baung ,Sapat siam, Â ikan Saluang dan lainnya juga masih ada. Inilah alasan sungai wajib dicintai !
Perkenalkan Saltung, Saluang TepungÂ
Salah satu ikan sungai yang sering kali diolah menjadi oleh-oleh adalah saluang. Ikan endemik sungai Barito ini memiliki citarasa unik. Sebenarnya ikan ini bisa diolah dengan berbagai jenis olahan. Namun yang paling populer adalah dipepes (pais-bahasa Banjar) atau di goreng kriuk.Â
Saltung merupakan produk olahan saluang yang kini sudah dengan mudah ditemukan di toko oleh-oleh seputaran Banjarmasin, Banjarbaru dan sekitarnya. Olahan yang sebenarnya dirintis oleh Heldawati (Mama Dildan) yang bergerak di bidang kuliner dengan hasil olahan ikan, sejak 2016, di Banjarbaru.Â
Awalnya Helda mengolah ikan sapat pedas untuk oleh-oleh kerabatnya di pulau Jawa. Ternyata buatannnya digemari. Maka dimulailah Helda mengembangkan usaha dengan memproses legalitas dan memperbaiki kemasan yang mudah dibawa.Â
Kini produknya sudah sangat beragam seperti Saprinyah (ikan sapat kering renyah), Salunyah (ikan saluang goreng renyah), Saltung (ikan saluang tepung), dan Telamas ( ikan asin telang asam manis pedas).
Untuk Saltung (ikan saluang tepung), dalam satu kemasan berat bersih 50gr. Kandungannya selain ikan saluang segar ada minyak nabati, tepung terigu, tepung tapioka, tepung bumbu, gula, garam dan bawang putih. Harga dibandrol hanya Rp 32.000 saja per bungkusnya !!
Renyah sekaligus gurih menjadikan Saltung jadi favorit banyak kalangan. Bisa buat cemilan biasa tapi enak juga dimakan sebagai lauk, apalagi dengan nasi panas-panas.
Saltung bisa diperoleh di toko oleh-oleh terdekat atau melalui instagram @mumscityÂ
Ayo lestarikan sungai agar makanan seperti Saltung masih bisa kita nikmati sampai kapanpun.Â
Sumber tulisanÂ
https://www.karyakreatifindonesia.co.id/umkm/dapur-mama-dildan/45293
https://www.liputan6.com/hot/read/4968458/penyebab-eutrofikasi-pada-ekosistem-air-ketahui-prosesnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H