Dilansir dari Instagram resmi Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, disebutkan styrofoam membutuhkan waktu sekitar 500 – 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Itu bila di tanah, kalau di sungai bahkan mungkin selamanya tidak akan hancur.
Eceng gondok yang ada di sungai juga berbahaya. Keberadaannya salah satunya disebabkan limbah yang tidak diolah atau diolah sebagian, limbah industri dan pupuk dari praktik pertanian. Hal ini juga dikenal dengan polusi nutrisi. (liputan6.com,22/5/22).
Selain menghambat lalu lintas transportasi air juga mengganggu ekosistem yang ada di air. Ikan dan biota sungai lain tak mendapatkan sinar matahari yang cukup akibat tertutup eceng gondok.Â
Inilah Alasan Kenapa Sungai Harus Dicintai
Selain masalah sampah sungai dan eceng gondok, penduduk yang tinggal di bantaran sungai juga menjadi masalah tersendiri.
Tinggal di bantaran sungai, cukup berbahaya. Keberadaan mereka juga turut berkontribusi kepada sampah, misalnya. Tambah lagi, bisa jadi penyebab aliran sungai kecil tertutup rumah yang dibangun.Â
Bagaimana agar harta karun di sungai,misalnya ikan, bisa dinikmati anak cucu kita?
Bersyukurnya, di Banjarmasin sendiri, keberadaan ikan-ikan sungai masih banyak. Ikan haruan (gabus) misalnya, salah satu ikan favorit masyarakat lokal, masih bisa ditemui, walaupun terkadang harganya melonjak. Lebih mahal dari daging sapi.Â
Ikan-ikan lain seperti Pipih (belida), Papuyu (betok), Patin sungai, Baung ,Sapat siam, Â ikan Saluang dan lainnya juga masih ada. Inilah alasan sungai wajib dicintai !
Perkenalkan Saltung, Saluang TepungÂ
Salah satu ikan sungai yang sering kali diolah menjadi oleh-oleh adalah saluang. Ikan endemik sungai Barito ini memiliki citarasa unik. Sebenarnya ikan ini bisa diolah dengan berbagai jenis olahan. Namun yang paling populer adalah dipepes (pais-bahasa Banjar) atau di goreng kriuk.Â
Saltung merupakan produk olahan saluang yang kini sudah dengan mudah ditemukan di toko oleh-oleh seputaran Banjarmasin, Banjarbaru dan sekitarnya. Olahan yang sebenarnya dirintis oleh Heldawati (Mama Dildan) yang bergerak di bidang kuliner dengan hasil olahan ikan, sejak 2016, di Banjarbaru.Â