Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seragam Sekolah, Biaya Tak Murah dan Cara Anak Pondok Mensiasatinya

23 April 2024   16:18 Diperbarui: 24 April 2024   14:48 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tua yang memiliki anak sekolah pasti tahu, seragam sekolah bukan hal murah.

Karena memang tak murah tadi, ketika ada wacana pergantian jenis dan warna seragam sekolah, cukup mendapat banyakpenolakan dari pihak orang tua khususnya. 

Narasi tersebut diunggah oleh beberapa akun, seperti @faktanyagoogle_official dan @terangmedia. 

Seperti dilansir dari kompas.com ( 15/04/2024), pengunggah mengatakan bahwa pergantian seragam sekolah terjadi pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Seragam sekolah diganti untuk menanamkan nasionalisme, kedisiplinan, dan meningkatkan citra sekolah serta mengakomodir kebutuhan pengaturan seragam sesuai kebijakan nasional pendidikan dan perkembangan masyarakat.

 "Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek) Nadiem Makarim telah menetapkan aturan baru tentang seragam sekolah untuk SD, SMP, dan SMA," tulis pengunggah dalam keterangannya.

walaupun kemudian narasi ini mendapat sanggahan lagi. Plh Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Ristek, Anang Ristanto,mengatakan bahwa narasi seragam sekolah diganti setelah Lebaran merupakan hal yang tidak benar.

Namun sayangnya isu ini sudah terlanjur bergulir. Baiklah, kita akan membahas sedikit tentang seragam sekolah yang tak murah itu.

jujur sih, kalau saya masih sepakat anak sekolah memakai seragam saja. Paling tidak ini menghilangkan kesenjangan sosial dan ekonomi karena mereka memakai baju yang sama ke sekolah. Walau sekali lagi, seragam sekolah bukan barang murah meskipun sekolahnya gratis sekalipun. Sebut saja sekolah negeri atau milik pemerintah.

Apalagi bila sekolahnya di sekolah swasta. yang tentu saja seragamnya hanya  dijual/ disediakan di sekolah dan tidak dijual di toko/pasar luar sekolah. Harganya bisa dipastikan berlipat-lipat dari harga seragam sekolah negeri.

Apalagi biasanya ada kekhasan tersendiri yang membedakan dengan sekolah lainnya. Mulai dari jaket sekolah (almamater) yang berbeda, rompi yang berbeda tentu saja hal lainnya, misalnya jilbab buat anak perempuan yang ada nama/label sekolahnya.

Bila anak sekolah swastanya ketika SD, bisa dipastikan tak hanya sekali di awal beli seragam sekolah. 6 tahun tentu bukan waktu yang sebentar dan anak terus bertumbuh besar. 

Bisa dipastikan membeli seragampun berkali-kali. Misalnya yang paling jelas adalah kaos olahraga hingga rok/celana sekolah anak yang tentu sudah berubah ukuran ketika anak tambah besar. 

Apakah menyekolakan anak di sekolah negeri lebih hemat dipadang dari seragam sekolah ini? ah tidak juga. Memang sekolah negeri gratis, tidak dipungut biaya dan biaya seragam tak semahal sd swasta.

Namun, pada awal masuk, untuk sekolah negeri di wilayah tempat tinggal saya, orang tua paling tidak harus mengeluarkan uang Rp 750.000-1.000.000 untuk seragam sekolah anak, untuk SD negeri.

Biaya seragam memang tidak sama. Tapi kisarannya seperti yang saya sebutkan diatas. Tergantung masing-masing sekolah. Ada sekolah yang menyediakan hingga seragam pramuka, atasan batik, kain lokal dan lainnya . Ini tentu lebih mahal dibanding sekolah yang membebaskan membeli seragam pramuka di luar sekolah.

Kemudian biaya seragam mahal lainnya juga terkait peralatan sekolah.Seperti topi, dasi, ikat pinggang dan tentu kaos kaki. Walaupun biasanya dalam perjalanan sekolah selanjutnya, bila jenis peralatan sekolah ini rusak/hilang dan di sekolah tidak tersedia, maka bisa saja membeli ikat pinggang atau kaos kaki di luar sekolah. Meskipun tidak ada label sekolahnya.

SERAGAM SEKOLAH PONDOK PESANTREN

Seragam sekolah pondok pesantren berbeda lagi. Ada sih pondok yang tidak mengharuskan seragam tertentu selain baju-baju muslim/gamis.namun ada pula pondok yang ada sekolah formalnya yang memang mempunyai seragam sekolah yang berbeda dengan sekolah lainnya.

Nah untuk seragam sekolah di pondok pesantren ini tentu saja tidak bisa dibeli di luar sekolah. Apalagi dengan model yang berbeda dengan sekolah umum lainnya.

Tahun pertama tentu saja membeli seragam dengan harga yang lumayan mahal juga. Apalagi ada aturan jenis sepatu yang harus digunakan di pondok ketika sekolah seperti apa.

Namun tahun selanjutnya, kebutuhan seragam sekolah kebanyakan hanya sepatu yang dalam beberapa bulan sudah harus berganti. Salah satu faktornya, bukan hanya karena  tidak membeli sepatu dengan merek yang bagus saja tetapi juga karena mereka kebanyakan setengah berlari menuju kelas dengan menggunakan sepatu tersebut.

Seperti sudah banyak diketahui, kehidupan di pondok pesantren mengharuskan antri.Misalnya saja antri mandi.Nah akibatnya bisa saja ketika bel sekolah umum, menjadi tergesa-gesa. Inilah yang menjadikan sepatu cepat sekali rusak karena sering dipaksa buat berlari menuju kelas yang lumayan jaraknya jauh.

Uniknya seragam sekolah tidak banyak mengeluarkan biaya lagi. Ada sih sesekali beli baju atasan atau bawahan. tapi secara umum, anak-anak pesantren yang sudah lulus selalu melungsurkan baju-bajunya kepada adik-adik kelas dibawahnya. Utamanya teman sekamar. 

Lungsuran dalam artian sehari-hari adalah pakaian yang diberikan ke orang lain, utamanya ke saudara sendiri.

Baik berupa baju seragam pondok maupun baju-baju lain untuk adik tingkatnya.

Awalnya saya agak heran ketika liburan, kok seragam yang dibawa anak saya ke rumah namanya berbeda (name tag). ternyata baju tersebut adalah lungsuran dari kakak kelas yang sudah lulus. Alhamdulillah. Selama masih bagus dan layak, tentu tak apa juga.

Demikian pula ketika anak saya lulus pondok pesantren setelah 6 tahun di pondok, tidak satupun baju seragam yang dibawa ke rumah.semua sudah dilungsurkan kepada adik-adik kelasnya termasuk juga beberapa baju yang biasa dipakai di pondok. Alhamdulillah.

Demikian sekedar sharing lungsuran seragam sekolah ala anak pondok.

Semoga bermanfaat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun