Ramadan minim sampah, mungkinkah?
Pertanyaan yang cukup menggelitik, apalagi hari-hari ini semakin sedih melihat orang-orang yang sepertinya kurang peduli soal persampahan ini.
Teringat lagi persis beberapa hari sebelum Ramadhan, saya mengikuti sebuah acara pengajian akbar di kota saya.Acara yang dihadiri banyak orang tentunya. Menarik melihat minat masyarakat yang mengikuti acara tersebut, apalagi sudah menjelang Ramadan.banyak orang yang berbagi makanan gratis juga.Alhamdulillah.
Namun dibalik itu, sayang sekali, sampahnya ada dimana-mana. Sepertinya relawan yang mengingatkan agar membuang sampah pada tempatnya, tidak dipedulikan oleh jamaah pengajian. Kadang-kadang kepikiran, apa ya kira-kira yang ada di benak orang-orang yang membuang sampah sembarangan tersebut? Mengapa sampahnya tidak disimpan saja dulu dalam tas sampai menemukan tempat sampahnya?
Apakah memasuki Ramadan akan mengikis kebiasaan orang-orang dalam urusan membuang sampah sembarangan ini? Agak pesimis sih. Khususnya ketika menyantap makanan pada malam harinya atau di saat tidak puasa.
Di kota saya misalnya, para penyantap menu pentol -- salah satu jajanan favorit di kota ini -- dan ketika puasa hanya buka di malam hari, tetap menjadi menu favorit .Misalnya mereka mendatanginya paman pentol usai sholat taraweh.Sayangnya tusukan pentolnya dibuang di sembarang tempat saja.
Kadang saya memperhatikan, beberapa paman (abang) pentol juga menyediakan tempat sampah kok. Tapi entah kenapa orang-orang malas membuang di tempat sampah yang disediakan. Beberapa lagi, sang penjual memang tak menyediakan tempat sampah. Mungkin mereka berpikir, kalaupun sampah berserakan, ya tetap aja dia akhir berdagang mereka akan menyapu dan memunguti sampahnya.
Apalagi bila berjualan di depan kantor atau di depan minimarket, tentu harus dibersihkan lagi kan oleh penjualnya? Kalau tidak bisa-bisa yang punya lapak tidak membolehkan lagi mereka berjualan.
Namun kebiasaan para pembeli yang membuang sampah seenaknya ini tak bisa ditolerir juga. Apalagi kadang, entah sengaja atau tidak, ada saja sampah yang tak dipungut lagi oleh para penjual pentol tersebut. Misalnya yang langsung dibuang pembeli ke selokan sekitar mereka berdagang.
MULAI DARI RUMAH
Mungkin kita semua sepakat, Ramadan seharusnya  kesempatan kita untuk memperbaiki diri, dan tentu memanjatkan doa dan sejumlah harapan kedepannya.
Termasuk memperbaiki diri dalam pengelolaan sampah dan harapan agar sampah tak lagi berserakan.
Barangkali akan sangat sulit mengubah orang lain. Yang paling gampang adalah mengubah diri sendiri saja dulu dan memulainya dari rumah.Â
Mungkin banyak dari kita yang hari-hari ini membeli takjil untuk menu berbuka puasa di pasar-pasar khusus yang menjual takjil. Nah tak salahnya kita mulai meminimalisir potensi sampah.Misalnya dengan membawa eco bag sendiri rumah sehingga penjual juga tak perlu memberi plastik lagi ke kita.Â
Apalagi kantong plastik berpotensi menjadi sampah lagi. Ditambah kalau kita belanja macam-macam jenis makanan dan tentu masing-masing pedagang memberikan kantong plastik sendiri-sendiri.Â
Setelah di rumahpun banyak hal bisa dilakukan untuk meminimalis sampah di bulan Ramadhan. Misalnya telur buat bahan makanan sahur dan berbuka, kulit telurnya bisa dikumpulkan terlebih dahulu.
Bila sudah banyak bisa diulek agak kecil dan dijadikan pupuk tanaman. Kandungan kalsium pada cangkang telur yang cukup besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Kalsium merupakan suatu zat yang berperan penting dalam pembentukan struktur tubuh, tulang, dan gigi pada manusia dan hewan serta dinding sel pada tanaman. (sumber : pertanian.ngawikab.go.id).
Demikian pula dengan ampas kopi. Kebetulan suami saya suka konsumsi kopi hitam. Dalam bulan Ramadhan, tentu minum kopinya setelah berbuka dan sahur yang utamanya.Nah ampasnya juga bisa dikumpulkan dan digunakan buat pupuk tanaman juga. Â Ampas kopi atau sisa penggunaan kopi mengandung sejumlah besar nitrogen, serta potasium dan fosfor (sumber : cnn indonesia 17/08/2023).
Jangan lupa juga, untuk tidak mubazir terhadap makanan. Khususnya makanan berbuka puasa yang biasanya kita berlebihan membelinya, dan mengikuti hawa nafsu saat berpuasa.Â
Usahakan membeli makanan sesuai kebutuhan saja. Bila memang dirasa berlebih, ada baiknya makanan dibagi lagi ke tetangga atau kerabat. Hitung-hitung beramal dengan cara berbagi makanan. Jangan sampah makanan menjadi mubazir lagi dan ujung-ujungnya jadi sampah rumah tangga lagi.
Semoga bermanfaat. #
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H