Tetapi yang jelas kemudian, hidup dijalaninya dengan "normal" kembali. Tetap bekerja seperti biasa, tetap menjalankan hobi berolahraga, tetap nongkrong dengan teman-temannya. Intinya merasa tetap berbahagia, tanpa pasangan sekalipun!
Maya dan Hana hanya dua contoh perempuan yang memang akhirnya memutuskan tetap meneruskan hidup meskipun tanpa pasangan. Tentu ada pula para lelaki yang memutuskan hal yang mirip meskipun dengan alasan yang berbeda-beda. tentu sesuatu yang sangat personal.
**
Hidup tentu sebuah pilihan soal apa yang akan dijalani. Ideal menurut seseorang, belum tentu langkah ideal buat sebagian yang lain.
Kemudian juga soal menunda menikah. Tentu setiap orang punya alasan masing-masing dan sangat personal sifatnya. Misalnya demi karier, keluarga yang harus dibahagiakan terlebih dahulu, alasan untuk menuntaskan pendidikan, lebih nyaman HTS-an atau bahkan sudah mencoba mencari, tapi ujung-ujungnya belum menemukan seseorang yang tepat.
Bisa jadi juga, pada akhirnya semua soal prioritas saja. Dan prioritas tiap orang tentu saja tak harus sama,bukan?
Lalu, benarkah menikah belum tentu bahagia juga, seperti ramai di VT sosial media? Wah, lagi-lagi tiap orang punya versi kebahagiaan yang tak sama. Juga soal pernikahan.
Yang pasti, dan saya yakin, ini juga disepakati oleh mereka yang sudah menikah, menikah memang perlu komitmen dan integritas yang kuat.Â
Menikah bukan sekadar saling mencintai atau bayangan romantis lainnya hahahaha... tapi menikah sepaket dengan perjalanan suka dukanya, masalah yang datang silih berganti, ketidaksesuaian ide diantara dua manusia, sampai urusan remeh yang seharusnya tak perlu didebatkan tapi entah kenapa harus diperdebatkan lagi.
Lagi-lagi semua pilihan kehidupan.Â
Jadi buat yang belum menikah atau menunda menikah tapi tetap berencana menikah, semua tak masalah. Asalkan ada alasan logisnya (atau bahkan tak logis-nya). Setiap orang berhak menentukan yang terbaik buat dirinya. Tak perlu selalu sama dengan teman-teman kita atau bahkan para tetangga.Â